beli barang di Amazone.com

Kamis, 01 Desember 2011

Optimalisasi Hasil Belajar IPS Sejarah dalam Menjelaskan Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada Kelas VIIIA Semester II SMP X Tahun Pelajaran 2025 Melalui Metode Cooperative Script


BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran yang dilakukan diupakan untuk menciptakan kulitas sumber daya yang berkualitas. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menyelenggarakan pendidikan mulai dari tingkatan dasar sampai dengan perguruan tinggi. Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah memuat beberapa materi pelajaran yang dapat digunakan pada kehidupan nyata. Salah satu pembelajaran yang dilakukan disekolah adalah pembelajaran IPS sejarah. Pembelajaran sejarah adalah pembelajaran yang mempelajari tentang kejadian masa lalu yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan masa sekarang.
Dalam pembelajaran sejarah pada kelas VIII A SMP X kurang memiliki motivasi dalam belajarnya. Adanya motivasi yang kurang tersebut menyebabkan peserta didik malas dan tidak bersemangat. Hasil belajar diperoleh peserta didik juga tidak maksimal yang menyebabkan nilai tidak sesuai dengan rencana pembelajaran. Pembelajaran yang dilakan pada mata pelajaran sejarah peserta didik juga kurang aktif, padahal dalam pembelajaran sejarah keaktifan peserta didik sangat diperlukan agar mereka dapat mengusai pembelalajaran. Selain peserta didik kurang memilki motivasi, faktor lain yang menyebabkan hasil belajar kurang maksimal adalah peserta didik kurangnya media pembelajaran pada SMP X. Dapat diketahui bahwa pembelajaran sejarah merupakan pembelajaran yang banyak membuthkan keaktifan dari peserta didik. Maka, untuk menunjang kegiatan pembelajaran di kelas VIII A diperlukan media pembelajaran seperti gambar, media audio visual, OHP, LCD dan lain sebagainya. Dengan adanya media pembelajaran tersebut, maka pembelajaran akan lebih menarik dan peserta didik akan memiliki hasil belajar yang lebih baik. Kondisi awal sebelum penelitian diadakan peserta didik diberikan tes pada materi menjelaskan proses persiapan kemerdekaan indonesia dan hasilnya adalah sebagai berikut:
                                                       Tabel 1.1 Hasil Kondisi Awal

Kategori
F
%
Sangat baik
3
7.5
Baik
10
25
Cukup
12
30
Kurang
10
25
Sangat kurang
5
12.5

Adanya hasil tersebut dapat menjelaskan bahwa hasil yang dipereoleh peserta didik masih dibawah standar kinerja pembelajaran. Maka, perlu adanya peningkatan terhadap hasil yang dicapai pada kondisi awal. Cara yang digukan untuk meningkatkan hasil pada kondisi awal tersebut adalah dengan memberikan pembelajaran dengan metode pembelajaran cooperative script. Pembelajaran coperative script merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan berkelompok dimana peserta didik melakukan pemahan materi pembelajaran selanjutnya peserta didik mengimplementasikan materi tersebut dengan memberikan penjelasan kepada kelomoknya secara bergantian. Dengan adanya pembelajaran tesebut, maka diharapkan peserta didik dapat meningkatkan peran serta meraka dalam pembelajaran. Selain itu, diharapkan sekolah juga dapat menambah fasilitas media pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul penelitian “Optimalisasi Hasil Belajar IPS Sejarah dalam Menjelaskan Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada Kelas VIIIA Semester II SMP X Tahun Pelajaran 2025 Melalui Metode Cooperative Script”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka permasalahan yang dihadapi dalam penulisan ini adalah:
  1. Bagaimanakah pengaruh penerapan metode coopertive script terhadap optimalisasi hasil belajar IPS sejarah dalam menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia pada kelas VIIIA semester II SMP X tahun pelajaran 2025?
  2. Bagaimanakah kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan metode metode coopertive script terhadap optimalisasi hasil belajar IPS sejarah dalam menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia pada kelas VIIIA semester II SMP X tahun pelajaran 2025?

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh penerapan metode coopertive script terhadap optimalisasi hasil belajar IPS sejarah dalam menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia pada kelas VIIIA semester II SMP X tahun pelajaran 2025.
  2. Untuk mengetahui bagaimanakah kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan metode metode coopertive script terhadap optimalisasi hasil belajar IPS sejarah dalam menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia pada kelas VIIIA semester II SMP X tahun pelajaran 2025.

D.    Cara Pemecahan Masalah
Pemecahan permasalahan terkait dengan metode cooperative script di atas adalah sebagai berkut:
  1. Guru membagi peserta didik untuk berpasangan.
  2. Guru membagikan wacana / materi tiap peserta didik untuk dibaca dan membuat ringkasan.
  3. Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
  4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
  5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
  6. Kesimpulan guru.

E.     Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada banyak pihak antara lain peserta didik, guru dan sekolah.
  1. Manfaat yang diperoleh peserta didik
a.       Peserta didik akan merasa senang terhadap sejarah terutama pada pokok bahasan proses persiapan kemerdekaan Indonesia.
b.      Prestasi peserta didik diharapkan akan meningkat.
c.       Peserta didik mampu dan terampil dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan pokok bahasan proses persiapan kemerdekaan Indonesia.
  1. Manfaat yang diperoleh guru
a.       Guru akan memiliki kemampuan penelitian tindakan kelas yang lebih inovatif.
b.      Guru semakin kreatif dalam pengembangan materi pelajaran.
c.       Memberikan kesempatan guru untuk lebih menarik perhatian peserta didik dalam proses belajar mengajar.
  1. Manfaat bagi sekolah
a.       Sekolah mendapat masukkan tentang cara penelitian ini dalam kelas.
b.      Dapat meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah.
c.       Sekolah dapat dijadikan sebagai sekolah yang bermutu di antara sekolah lain.

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.    Kajian Teori
1.      Pembelajaran Sejarah Materi Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Belajar adalah perubahan, namun bagaimana proses perubahan tersebut terjadi berbeda aliran psikologis yang dipakai sebagai landasan untuk menjelaskan perilaku manusia, termasuk perubahannya, tidak sama.(Darsono, 2000:23).
Pembelajaran IPS sejarah merupakan salah mata pelajaran ilmu social dimana dalam pembelajaran ini mempelajarai tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang berpengaruh terhadap kehidupan sekarang dan akan datang. Khusus pada materi pembelajaran sejarah materi mempersiapkan kemerdekaan Indonsia ini penting untuk dapat diketahui agar peserta didik mampu mengenang jasa dari para pahlawan dan dapat menjikan mereka sebagai anak-anak pembangun bangsa.
Perlu diketahui bahwa sejak tahun 1941 Jepang mengobarkan perang Asia Timur Raya. Perang ini ditandai pengeboman pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour (Hawaii) pada 7 Desember 1941 oleh Angkatan Perang Jepang. Pada awalnya pasukan Jepang banyak mendapatkan kemenangan dalam pertempuranpertempuran selanjutnya. Namun, di tahun 1942 angkatan perang Jepang mulai terdesak. Untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara jajahan Jepang, pemerintah Jepang kemudian menjanjikan akan memberikan kemerdekaan kepada negara-negara jajahannya.
Ternyata situasi pasukan Jepang semakin memburuk pada bulan Juli - Agustus 1944. Hal itu menyebabkan jatuhnya Kabinet Tojo. Sebagai gantinya kemudian diangkat Jenderal Kuniaki Koiso sebagai Perdana Menteri yang memimpin Kabinet Baru (Kabinet Koiso). Salah satu langkah kebijakan yang diambil oleh Koiso di daerah-daerah pendudukan adalah mengeluarkan pernyataan tentang “janji kemerdekaan di kemudian hari”. Pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Jepang Kuniaki Koiso dalam sidang Parlemen Jepang (Teikoku Gikei) ke-85 di Tokyo mengumumkan bahwa, daerah Hindia Timur (Indonesia) diperkenankan merdeka kelak dikemudian hari. Janji ini kemudian direalisasi Jepang dengan membentuk badan-badan untuk mempelajari, mempersiapkan dan melengkapi Indonesia yang akan menjadi negara merdeka
a.       Pembentukan Chou Sangi In
Sebagaimana telah disebutkan, tahun 1942, posisi pasukan tentara Jepang di Pasifik mulai terdesak. Untuk menarik dukungan penduduk di negara jajahan, Jepang merencanakan memberi kemerdekaan kepada Birma dan Filipina. Rencana itu tidak menyebut nasib Indonesia. Oleh karena itu, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta mengajukan protes kepada Jepang
Menanggapi protes dan ancaman dan tokoh-tokoh nasionalis di Indonesia, pemerintah Jepang kemudian menempuh kebijaksanaan partisipasi politik. Maksudnya, memberikan peran aktif kepada tokoh-tokoh Indonesia di dalam lembaga pemerintahan. Untuk ini telah diambil langkah-langkah sebagai berikut.
1)      Pembentukan Dewan Pertimbangan Pusat (Chuo Sangi In).
2)      Pembentukan Dewan Pertimbangan Keresidenan (Shu Shangi Kai).
3)      Tokoh-tokoh Indonesia diangkat sebagai penasihat di berbagai departemen.
4)      Pengangkatan orang-orang Indonesia ke dalam pemerintahan dan organisasi resmi lainnya.
Sebagai tindak lanjut dari rencana tersebut, maka pada tanggal 5 September 1943, Saiko Shikikan (Kumaikici Harada) mengeluarkan Osamu Seirei No. 36 dan 37 tentang pembentukan Chuo Sangi In dan Chuo Sangi Kai. Hal yang boleh dibahas atau dirundingkan dalam Chuo Shangi In antara lain :
1)      Pengembangan pemerintahan militer
2)      Mempertinggi derajat rakyat
3)      Pendidikan dan penerangan
4)      Industri dan ekonomi,
5)      Kemakmuran dan bantuan sosial, serta
6)      Kesehatan.

b.      BPUPKI
1)      Terbentuknya BPUPKI
Jepang benar-benar terancam dalam perangnya melawan sekutu. Untuk semakin menarik simpati bangsa Indonesia agar tetap mendukung Jepang, maka pada tanggal 1 Maret 1945, Kumaikici Harada mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam bahasa Jepang BPUPKI disebut Dokuritsu Junbi Cosakai.
BPUPKI beranggotakan 60 orang, ditambah beberapa pimpinan. Sebagai ketua adalah Dr. Rajiman Widyodiningrat. Wakil-wakil ketua, yakni Icibangase yang sekaligus sebagai kepala Badan Perundingan dan RP. Suroso yang sekaligus sebagai kepala sekretariat. Sebagai kepala sekretariat, RP. Suroso dibantu oleh Toyohito Masuda dan Mr. AG. Pringgodigdo
2)      Sidang Sidang BPUPKI
a)      Sidang I
Sebagai realisasi pelaksanaan tugas, BPUPKI kemudian mengadakan sidangsidang. Secara garis besar sidang-sidang BPUPKI itu terbagi menjadi dua kali sidang. Sidang BPUPKI I diadakan pada tanggal 29 Mei - I Juni 1945. Kemudian Sidang BPUPKI II dilangsungkan pada tanggal 10 - 17 Juli1945. Sidang-sidang BPUPKI itu untuk merumuskan Undang-Undang Dasar.
b)      Sidang II  
Pada tanggal 10 Juli 1945 mulai sidang BPUPKI II. Sidang ini membahas rancangan Undang-Undang Dasar (UUD). Panitia Perancang UUD diketuai oleh Ir. Soekarno. Panitia Perancang membentuk Panitia Kecil untuk merumuskan rancangan UUD dengan segala pasal-pasalnya. Panitia Kecil ini dipimpin oleh Mr. Supomo. Sebelum membahas rancangan Undang-Undang Dasar, mereka membahas bentuk negara. Setelah diadakan pungutan suara, mayoritas anggota memilih negara kesatuan yang berbentuk republik. Bahasan berikutnya adalah UUD dan pembukaannya. Pada rapat tanggal 11 Juli 1945, Panitia Perancang UUD secara bulat menerima Piagam Jakarta sebagai Pembukaan UUD. Tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI melanjutkan sidang untuk menerima laporan dari Panitia
Perancang UUD. Tiga hal penting yang dilaporkan oleh Ir. Soekarno selaku ketua Panitia Perancang UUD sebagai berikut.
(1).  Pernyataan Indonesia merdeka
(2).  Pembukaan UUD (diambil dari Piagam Jakarta)
(3).  Batang tubuh UUD.

c.       PPKI
1)      Terbentuknya PPKI

Jepang semakin mengalami kemunduran dalam Perang Asia Timur Raya. Komando Tentara Jepang wilayah Selatan mengadakan rapat. Dalam rapat itu disepakati bahwa Indonesia akan diberi kemerdekaan pada tanggal 7 September 1945. Keadaan Jepang semakin kritis. Pada 6 Agustus 1945, kota Hirosima dibom atom oleh Amerika Serikat. Menghadap situasi ini, Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Persetujuan ini terjadi pada pada tanggal 7 Agustus 1945. Tugas PPKI adalah melanjutkan tugas BPUPKI dan untuk mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia. Ketua PPKI adalah Ir. Soekarno, sedangkan wakilnya Drs. Moh. Hatta.
Untuk kepentingan peresmian dan pelantikan PPKI, Jendral Terauchi, pimpinan Angkatan Perang Jepang yang berkedudukan di Saigon, pada tanggal 9 Agustus 1945 memanggil Soekarno, Moh. Hatta, dan Rajiman Widyodiningrat untuk pergi ke Dalat, Saigon. Di Dalat, Jendral Terauchi menegaskan bahwa Pemerintah Kemaharajaan Jepang memutuskan untuk menyerahkan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.
2)      PPKI dan Perkembangan Situasi Indonesia
Tanggal 14 Agustus 1945, Soekarno, Moh. Hatta, dan Rajiman Widyodiningrat pulang kembali ke Jakarta. Sementara Jepang sudah dalam keadaan lumpuh sebab tanggal 9 Agustus 1945 kota Nagasaki juga dibom atom oleh Amerika Serikat. Dengan demikian Jepang benarbenar tidak dapat berbuat apa-apa. Akhimya pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada pihak Sekutu. Ketika ketiga perwakilan bangsa Indonesia kembali ke tanah air, keadaan politik di Indonesia telah terjadi perubahan sangat drastis. Para tokoh yang terus mengikuti perkembangan
Perang Dunia II mempunyai ide untuk segera memproklamasikan kemerdekaan, tanpa menunggu keputusan Jepang. Akhirnya terjadi perbedaan pendapat antara golongan tua dengan golongan muda mengenai waktu pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Perbedaan pendapat terjadi antara golongan tua yang terwakili dalam PPKI, dengan golongan muda yang terwakili dalam beberapa perkumpulan Golongan muda mendesak agar Indonesia segera memproklamirkan kemerdekaan. Sementara golongan tua menghendaki proklamasi menunggu perkembangan keputusan Jepang. Alasan golongan tua adalah untuk menghindari pertumpahan darah, mengingat pasukan Jepang masih banyak yang ada di Indonesia. Pada tanggal 16 Agustus 1945 golongan muda menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Soekarno dan Hatta didesak agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Akhirnya, keinginan golongan muda terpenuhi.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 Proklamasi dibacakan Ir Soekarno pukul 10.00 di Jl Pegangsaan Timur Jakarta. Sebagai penandatangan naskan proklamasi adalah Soekarno dan Hatta, atas nama bangsa Indonesia. Sejak tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah merdeka dari penjajahan.
2.      Metode Pembelajaran Cooperative Script
a.       Pembelajaran Cooperative Learning
Ketepatan seorang guru dalam memilih metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar peserta didik, karena metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Djahiri (1992:28) yang menyatakan bahwa, pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi peserta didik merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang guru.
Falsafah yang mendasari cooperative learning (gotong royong) dalam pembelajaran adalah falsafah homo homoni socius. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahkluk sosial. Kerja sama merupakan kebutuhan penting untuk kelangsungan kehidupan. Tanpa kerja sama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah. Tanpa kerja sama kehidupan sudah punah (Lie, 2002:28). Coorporative Learning memiliki dasar pemikiran “getting better together” yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dengan suasana yang kondusif kepada peserta didik untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat.
Cooperative learning memberikan kesempatan peserta didik untuk berinteraksi dan bekerjasama dengan peserta didik lain dalam suasana gotong royong yang harmonis dan kondusif. Suasana positif yang timbul dari metode cooperative learning bisa memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencintai pelajaran dan sekolah. Dalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan ini, peserta didik merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir (Lie, 2002:90).
Johnson & Johnson (dalam Lie, 2002:30) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif untuk mencapai hasil yang maksimal. Lima unsur metode pembelajaran gotong royong harus diterapkan. Kelima unsur tersebut adalah :
1)      Saling ketergantungan positif,
2)      Tanggung jawab perseorangan,
3)      Tatap muka,
4)      Komunikasi antar anggota,
5)      Evaluasi proses kelompok.
b.      Cooperative Script
Administrator (2009: 13) Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana peserta didik bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Langkah-langkah:
1)      Guru membagi peserta didik untuk berpasangan.
2)      Guru membagikan wacana/materi tiap peserta didik untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3)      Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4)      Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5)      Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
6)      Kesimpulan guru.
7)      Penutup.
Berikut kelebihan dan kekurangan pada metode pembelajaran cooperative script.
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Metode Cooperative Script
Kelebihan
Kekurangan
a)      Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan
b)      Setiap peserta didik mendapat peran.
c)      Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan
a)      Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
b)      Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

B.     Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Widyaningsih (2008) dengan judul penelitian Cooperative Learning Sebagai Model Pembelajaran Alternatif Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar peserta didik Pada Mata Pelajaran Matematika adalah penelitian yang dianggap memiliki kesamaan dalam penelitian ini. Penelitian yang disamapaikan oleh Wahyu Widyaningsih tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Motivasi merupakan faktor yang ada pada diri individu. Hal ini menjadi penting untuk mendorong peserta didik meningkatkan keberhasilan belajar dan kecakapan menghadapi tantangan hidup. Kadar motivasi belajar peserta didik tidak stabil, kadang tinggi, kadang rendah, bahkan suatu ketika motivasi tersebut hilang dari diri peserta didik. Oleh karena itu, perlu diterapkan cooperative learning pada pembelajaran matematika dalam mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan.
  2. Pelaksanaan cooperative learning dalam pembelajaran matematika dapat menggunakan berbagai model serta efektif jika digunakan dalam suatu periode waktu tertentu.
  3. Susana positif yang timbul dari cooperative learning memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencintai pelajaran dan guru matematika. Dalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan peserta didik merasa lebih termotivasi untuk belajar dan berpikir. Namun tidak menutup kemungkinan kericuhan didalam kelas akan terjadi.
C.    Kerangka Berfikir
Agar mendapatkan gambaran dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan mengenai pembelajaran dan penelitian yang dilakukan. Berikut gambaran penelitian yang jelaskan dalam kerangka berfikir:
                                                         BAB III
                     METODE PENELITIAN

A.    Setting Penelitian
Menurut Webster dalam Sukardi (2006:17), setting adalah lingkungan, tempat kejadian, atau bingkai. Jadi dapat diartikan bahwa setting merupakan tempat atau lingkungan dimana suatu kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan penelitian. dalam penelitian ini setting penelitian dibagi menjadi dua yaitu waktu penelitian dan tempat penelitian.
1.      Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tepatnya pada bulan Februari sampai dengan April 2010. Berikut peneliti sajikan alokasi waktu penelitian berdasarkan uraian di atas :
Tabel 3.1 Alokasi Waktu Penelitian Tindakan Kelas
No.
Jenis Kegiatan
Februari
Maret
April
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Menyusun Proposal
ü
ü










2
Menyusun Instrumen



ü








3
Pengumpulan Data




ü







4
Analisa Data





ü






5
Melakukan Tindakan Kelas Siklus I






ü





6
Melakukan Tindakan Kelas Siklus II







ü




7
Menganalisis Data dan Menyusun Laporan








ü
ü
ü
ü

2.      Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP X. Untuk lebih jelas mengenai tempat penelitian ini akan disajikan profil SMP X:
a.        Nama Sekolah                  :  SMP X
b.       No. Statistik Sekolah       : 
c.       Tipe Sekolah                     :
d.      Alamat Sekolah                 : .............................
                                                              (Kecamatan)              ......................
                                                              (Kabupaten/Kota)     ......................
                                                              (Propinsi)                   ......................
e.       Telepon/HP/Fax                : 000000000
f.       Status Sekolah                  : Negeri
g.      Nilai Akreditasi Sekolah   : A SSN
Berikut peneliti sajikan data peserta didik selama empat tahun terakhir:
Tabel 3.2 Data Peserta Didik Empat Tahun Terakhir
Tahun Pelajaran
Jumlah Pendaftar

jumlah
Kelas
VII
Kelas
VIII
Kelas
IX
Jumalah seluruhnya
2006/2007
256
251
207
197
655
2007/2008
234
234
248
205
687
2008/2009
240
240
227
250
717
2025
255
207
234
223
664

B.     Subjek Penelitian
Peserta didik yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII A Semester II SMP X Tahun Pelajaran 2025. Berikut data mengenai subjek penelitian seperti tabel 3.3 dibawah ini:
Tabel 3.3 Daftar Peserta Didik Kelas VIII A
SMP X Tahun Pelajaran 2025
No
Nama
1
subjek 1
2
subjek 2
3
subjek 3
4
subjek 4
5
subjek 5
6
subjek 6
7
subjek 7
8
subjek 8
9
subjek 9
10
subjek 10
11
subjek 11
12
subjek 12
13
subjek 13
14
subjek 14
15
subjek 15
16
subjek 16
17
subjek 17
18
subjek 18
19
subjek 19
20
subjek 20
21
subjek 21
22
subjek 22
23
subjek 23
24
subjek 24
25
subjek 25
26
subjek 26
27
subjek 27
No
Nama
28
subjek 28
29
subjek 29
30
subjek 30
31
subjek 31
32
subjek 32
33
subjek 33
34
subjek 34
35
subjek 35
36
subjek 36
37
subjek 37
38
subjek 38
39
subjek 39
40
subjek 40

C.    Sumber Data
 Menurut Arikunto (2007:118) Sumber data adalah subyek penelitian dimana data menempel. Sumber data dalam penelitia ini berupa data primer dan data sekunder. Berikut penjelasan mengenai data primer dan data sekender dalam penelitian ini.
  1. Data Primer
Dalam penelitian ini data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari subjek penelitian yaitu dari kata-kata dan tindakan. Dalam penelitian ini tentunya segala tindakan pada subjek penelitian yaitu peserta didik kelas VIII A SMP X dijadikan sebagai data primer.
  1. Data Sekunder
Data sekunder juga ha yang penting dalam penelitian ini. Data sekuder adalah data-data mengenai dokumentasi dari peserta didik dan profil sekolah di SMP X.

D.    Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1.       Metode Observasi
Menurut Nasution (1988;59) metode pengamatan menghasilkan data berupa kegiatan manusia dan situasi sosial serta kontak dimana kegiatan tersebut berlangsung. Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi sistematis yang menggunakan pedoman berupa format observasi. Untuk mengumpulkan data penelitian maka perlu adanya alat observasi berupa lembar observasi. Selain peneliti menggunakan lembar observasi, peneliti juga menggunakan catatan-catatan lapangan agar dapat mengetahui informasi secara cepat yang tidak terdapat dalam lembar observasi pada peserta didik kelas VIII A SMP X semester 2 tahun pelajaran 2025.
2.       Metode wawancara
Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan peserta didik kelas VIII A SMP X semester 2 tahun pelajaran 2025 dalam penggunaan metode cooperative scrip dalam pembelajaran sejarah.
3.       Metode Dokumentasi
Adakalanya data-data yang dikumpulkan tidak dapat diperoleh melalui observasi dan wawancara. Maka, untuk memperoleh data-data terseebut diperlukan teknik dokumentasi. Menururt Arikunto (2007: 188) Dokumentasi merupakan cara untuk mencari data, hal-hal atau variabel yang berbentuk catatan, buku, surat kabar, majalah, notulen, ledger, prasasti, agenda sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Dokumentasi ini digunakan untuk melihat situasi dan kondisi lainnya yang terkait dengan data-data tertulis tentang karakteristik fisik sekolah di SMP X, peserta didik kelas VIII A dan hasil tes yang dilakukan pada kondisi awal.


E.     Validasi Data
Data yang telah dikumpulkan oleh alat dan teknik pengumpul data maka harus di uji kebenaran dan ketepatannya. Dalam penelitian ini teknik validasi yang digunakan adalah dengan trianggulasi data. Menurut Denzin (1978) dalam Ivanivich Agusta. (2003: 8) terdapat empat tipe trianggulsi yaitu:
1.      Triangulasi data yaitu penggunaan beragam sumber data dalam suatu penelitian. Penggunaan sumber data tersebut dilakukan dalam upaya untuk membandingkan antara sumber data yang satu dengan sumber data yang lainnya. Trianggulasi ini peneliti membandingkan berbagai pendapat yang bersumber dari peserta didik kelas VIII A dalam pembelajaran dengan sejarah dengan menggunakan metode cooperative script.
2.      Triangulasi peneliti yaitu penggunaan beberapa peneliti yang berbeda disiplin ilmunya dalam suatu penelitian. Dalam hal ini peneliti mengkonfirmasikan kepada peneliti lain dalam hubungannya dengan kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan.
3.      Triangulasi teori yaitu penggunaan sejumlah perspektif dalam menafsir satu set data. Hasil penelitian terdahulu yang dianggap sama dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilkukan.
4.      Teriangulasi teknik metodelogis yaitu penggunaan sejumlah teknik dalam suatu penelitian. Dalam hal ini peneliti membandingkan hasil pengumpulan data yang diperoleh apakah sinkron atau tidak.

F.     Analisis Data
Agar mendapatkan hasil penelitian yang baik dan berkualitas maka diperlukan proses penelitian dan analisa data. Analisa data dapat dilakukan dengan tiga tahapan yaitu reduksi data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan. Menurut H.B. Sutopo (2003: 18) Dalam proses analisa ada tiga komponen yang harus disadari oleh peneliti yaitu: 1) data reduksi; 2) sajian data, 3) penarikan kesimpulan atau verifikasi.
1.      Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses menyeleksi data awal, memfokuskan, menyederhanakan dan mengabstraksi data kasar yang ada dalam fieldnote (catatan lapangan). Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Data reduksi adalah sesuatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat focus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dilakukan.
2.      Sajian Data
Sajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat penyajian data, maka akan dimengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut. Sajian data ini dapat berupa grafik dan tabel.
3.      Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan, dalam tahapan ini apabila ditemukan data yang akurat, maka peneliti tidak segan-segan untuk melakukan penyimpulan ulang. Peneliti dalam hal ini bersifat terbuka.

G.    Indikator Kinerja
Indicator merupakan suatu ukuran untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilaksanakan telah berjalan baik dan sesuai dengan rencana atau belum. Maka, untuk menentukan tingkatan keberhasilan tersebut dibuatlah indicator kinerja pada penelitian yang berjudul optimalisasi hasil belajar IPS sejarah dalam menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia pada kelas viiia semester II SMP X tahun pelajaran 2025 melalui metode cooperative script sebagai berikut:
Tabel 3.4
Indikator Kinerja Penelitian
Kategori
Nilai Angka
Sangat baik
A
Baik
B
Cukup
C
Kurang
D
Sangat kurang
E

Dalam penelitian ini akan dinyatakan dapat berhasil apabila peserta didik kelas VIII A SMP X rata-rata telah memperoleh dengan minimal B sebanyak 65% dan tidak terdapat lagi peserta didik yang mendapatkan nilai kurang dan sangat kurang.

H.    Prosedur Penelitian
Menurut Arikunto (2007: 21-28)  dalam penelitian tindakan kelas terdapat empat prosedur penelitian yaitu perencanaan, tahap implementasi dan tindakan, tahap observasi dan implementasi, dan tahap analisis dan reflekasi.
  1. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini peneliti merencakana penelitian yang akan dilaksanakan. Kegiatan tersebut berupa perencaaan dalam menyiapkan materi pembelajaran. menyiakan metode pembelajaran, menyiapkan instrumen-instrumen penelitian.
  1. Implementasi Tindakan
Implementasi tidakan dilakukan dengan melakukan kerja terhadap perencanaan yang telah dilakukan. Pelaskanaan tindakan tersebut tentunya berhubungan dengan metode pembelajaran cooperative script dalam pembelajaran sejarah materi proses perolehan kemerdekaan Indonesia. Dalam tahap ini terbagi menjadi tiga langkah yaitu
a.       Langkah apersepsi
b.      Langkah kegiatan inti
c.       Langkah penutup perencanaan.
  1. Observasi dan Implementasi
Dalam kegiatan pembelajaran peenliti megamati jalannya pembelajaran dari awal samapai ahir agar mendapatkan kesimpulan yang dinginkan. Pelaksanaan pengamatan dengan menggunakan bantuan lembar observasi dan pengamatan secar spontan dari peneliti.
  1. Analisis dan Refleksi
Setelah melakukan tindakan dan observasi terhadap jalannya penelitian maka peneliti melakukan penyimpulan terhadap pembelajaran yang dilakukan.



2 komentar:

  1. artikel yang sangat bagus
    terimakasih

    BalasHapus
  2. artikel yang sangat bagus, sangat membantu terutama dalam pembuatan skripsi nantinya

    BalasHapus

wes wong piro