BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran yang dilakukan diupakan untuk
menciptakan kulitas sumber daya yang berkualitas. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan menyelenggarakan pendidikan mulai dari tingkatan dasar sampai dengan
perguruan tinggi. Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah memuat beberapa
materi pelajaran yang dapat digunakan pada kehidupan nyata. Salah satu
pembelajaran yang dilakukan disekolah adalah pembelajaran IPS sejarah.
Pembelajaran sejarah adalah pembelajaran yang mempelajari tentang kejadian masa
lalu yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan masa sekarang.
Dalam pembelajaran sejarah pada kelas VIII A SMP X kurang memiliki motivasi dalam belajarnya. Adanya motivasi yang kurang tersebut menyebabkan peserta didik malas dan tidak bersemangat. Hasil belajar diperoleh peserta didik juga tidak maksimal yang menyebabkan nilai tidak sesuai dengan rencana pembelajaran. Pembelajaran yang dilakan pada mata pelajaran sejarah peserta didik juga kurang aktif, padahal dalam pembelajaran sejarah keaktifan peserta didik sangat diperlukan agar mereka dapat mengusai pembelalajaran. Selain peserta didik kurang memilki motivasi, faktor lain yang menyebabkan hasil belajar kurang maksimal adalah peserta didik kurangnya media pembelajaran pada SMP X. Dapat diketahui bahwa pembelajaran sejarah merupakan pembelajaran yang banyak membuthkan keaktifan dari peserta didik. Maka, untuk menunjang kegiatan pembelajaran di kelas VIII A diperlukan media pembelajaran seperti gambar, media audio visual, OHP, LCD dan lain sebagainya. Dengan adanya media pembelajaran tersebut, maka pembelajaran akan lebih menarik dan peserta didik akan memiliki hasil belajar yang lebih baik. Kondisi awal sebelum penelitian diadakan peserta didik diberikan tes pada materi menjelaskan proses persiapan kemerdekaan indonesia dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Dalam pembelajaran sejarah pada kelas VIII A SMP X kurang memiliki motivasi dalam belajarnya. Adanya motivasi yang kurang tersebut menyebabkan peserta didik malas dan tidak bersemangat. Hasil belajar diperoleh peserta didik juga tidak maksimal yang menyebabkan nilai tidak sesuai dengan rencana pembelajaran. Pembelajaran yang dilakan pada mata pelajaran sejarah peserta didik juga kurang aktif, padahal dalam pembelajaran sejarah keaktifan peserta didik sangat diperlukan agar mereka dapat mengusai pembelalajaran. Selain peserta didik kurang memilki motivasi, faktor lain yang menyebabkan hasil belajar kurang maksimal adalah peserta didik kurangnya media pembelajaran pada SMP X. Dapat diketahui bahwa pembelajaran sejarah merupakan pembelajaran yang banyak membuthkan keaktifan dari peserta didik. Maka, untuk menunjang kegiatan pembelajaran di kelas VIII A diperlukan media pembelajaran seperti gambar, media audio visual, OHP, LCD dan lain sebagainya. Dengan adanya media pembelajaran tersebut, maka pembelajaran akan lebih menarik dan peserta didik akan memiliki hasil belajar yang lebih baik. Kondisi awal sebelum penelitian diadakan peserta didik diberikan tes pada materi menjelaskan proses persiapan kemerdekaan indonesia dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Hasil Kondisi Awal
Kategori
|
F
|
%
|
Sangat baik
|
3
|
7.5
|
Baik
|
10
|
25
|
Cukup
|
12
|
30
|
Kurang
|
10
|
25
|
Sangat kurang
|
5
|
12.5
|
Adanya
hasil tersebut dapat menjelaskan bahwa hasil yang dipereoleh peserta didik
masih dibawah standar kinerja pembelajaran. Maka, perlu adanya peningkatan
terhadap hasil yang dicapai pada kondisi awal. Cara yang digukan untuk
meningkatkan hasil pada kondisi awal tersebut adalah dengan memberikan
pembelajaran dengan metode pembelajaran cooperative
script. Pembelajaran coperative
script merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan berkelompok dimana
peserta didik melakukan pemahan materi pembelajaran selanjutnya peserta didik
mengimplementasikan materi tersebut dengan memberikan penjelasan kepada
kelomoknya secara bergantian. Dengan adanya pembelajaran tesebut, maka
diharapkan peserta didik dapat meningkatkan peran serta meraka dalam
pembelajaran. Selain itu, diharapkan sekolah juga dapat menambah fasilitas
media pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang
tersebut di atas maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan
judul penelitian “Optimalisasi Hasil Belajar IPS Sejarah dalam Menjelaskan Proses Persiapan
Kemerdekaan Indonesia pada Kelas VIIIA Semester II SMP X Tahun Pelajaran 2025
Melalui Metode Cooperative Script”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka permasalahan
yang dihadapi dalam penulisan ini adalah:
- Bagaimanakah pengaruh penerapan
metode coopertive script
terhadap optimalisasi hasil belajar IPS
sejarah dalam menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia pada
kelas VIIIA semester II SMP X tahun pelajaran 2025?
- Bagaimanakah kendala-kendala yang dihadapi
dalam menerapkan metode metode coopertive
script terhadap optimalisasi hasil
belajar IPS sejarah dalam menjelaskan proses persiapan kemerdekaan
Indonesia pada kelas VIIIA semester II SMP X tahun pelajaran 2025?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui bagaimanakah
pengaruh penerapan metode coopertive
script terhadap optimalisasi hasil
belajar IPS sejarah dalam menjelaskan proses persiapan kemerdekaan
Indonesia pada kelas VIIIA semester II SMP X tahun pelajaran 2025.
- Untuk mengetahui bagaimanakah kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan metode metode coopertive script terhadap optimalisasi hasil belajar IPS sejarah dalam menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia pada kelas VIIIA semester II SMP X tahun pelajaran 2025.
D.
Cara
Pemecahan Masalah
Pemecahan permasalahan terkait dengan metode cooperative script di atas adalah
sebagai berkut:
- Guru membagi peserta
didik untuk
berpasangan.
- Guru membagikan wacana / materi tiap peserta didik untuk dibaca dan membuat
ringkasan.
- Guru dan peserta
didik menetapkan
siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan
sebagai pendengar.
- Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar
menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan
membantu mengingat/menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya.
- Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi
pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
- Kesimpulan guru.
E.
Manfaat
Penelitian
Penelitian
ini diharapkan memberikan manfaat kepada banyak pihak antara lain peserta didik, guru dan sekolah.
- Manfaat yang diperoleh peserta didik
a. Peserta didik akan merasa senang
terhadap sejarah terutama pada pokok bahasan proses
persiapan kemerdekaan Indonesia.
b. Prestasi
peserta didik diharapkan akan meningkat.
c. Peserta
didik mampu dan terampil dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan pokok
bahasan proses persiapan kemerdekaan Indonesia.
- Manfaat yang diperoleh guru
a. Guru
akan memiliki kemampuan penelitian tindakan kelas yang lebih inovatif.
b. Guru
semakin kreatif dalam pengembangan materi pelajaran.
c. Memberikan
kesempatan guru untuk lebih menarik perhatian peserta didik dalam proses
belajar mengajar.
- Manfaat bagi sekolah
a. Sekolah
mendapat masukkan tentang cara penelitian ini dalam kelas.
b. Dapat
meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah.
c. Sekolah
dapat dijadikan sebagai sekolah yang bermutu di antara sekolah lain.
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1.
Pembelajaran
Sejarah Materi Proses Persiapan Kemerdekaan
Indonesia
Belajar
adalah perubahan, namun bagaimana proses perubahan tersebut terjadi berbeda aliran
psikologis yang dipakai sebagai landasan untuk menjelaskan perilaku manusia,
termasuk perubahannya, tidak sama.(Darsono, 2000:23).
Pembelajaran
IPS sejarah merupakan salah mata pelajaran ilmu social dimana dalam
pembelajaran ini mempelajarai tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang
berpengaruh terhadap kehidupan sekarang dan akan datang. Khusus pada materi
pembelajaran sejarah materi mempersiapkan kemerdekaan Indonsia ini penting
untuk dapat diketahui agar peserta didik mampu mengenang jasa dari para
pahlawan dan dapat menjikan mereka sebagai anak-anak pembangun bangsa.
Perlu diketahui bahwa sejak tahun 1941 Jepang mengobarkan perang Asia Timur Raya. Perang ini ditandai pengeboman pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour (Hawaii) pada 7 Desember 1941 oleh Angkatan Perang Jepang. Pada awalnya pasukan Jepang banyak mendapatkan kemenangan dalam pertempuranpertempuran selanjutnya. Namun, di tahun 1942 angkatan perang Jepang mulai terdesak. Untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara jajahan Jepang, pemerintah Jepang kemudian menjanjikan akan memberikan kemerdekaan kepada negara-negara jajahannya.
Perlu diketahui bahwa sejak tahun 1941 Jepang mengobarkan perang Asia Timur Raya. Perang ini ditandai pengeboman pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour (Hawaii) pada 7 Desember 1941 oleh Angkatan Perang Jepang. Pada awalnya pasukan Jepang banyak mendapatkan kemenangan dalam pertempuranpertempuran selanjutnya. Namun, di tahun 1942 angkatan perang Jepang mulai terdesak. Untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara jajahan Jepang, pemerintah Jepang kemudian menjanjikan akan memberikan kemerdekaan kepada negara-negara jajahannya.
Ternyata
situasi pasukan Jepang semakin memburuk pada bulan Juli - Agustus 1944. Hal itu
menyebabkan jatuhnya Kabinet Tojo. Sebagai gantinya kemudian diangkat Jenderal
Kuniaki Koiso sebagai Perdana Menteri yang memimpin Kabinet Baru (Kabinet
Koiso). Salah satu langkah kebijakan yang diambil oleh Koiso di daerah-daerah
pendudukan adalah mengeluarkan pernyataan tentang “janji kemerdekaan di
kemudian hari”. Pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Jepang Kuniaki Koiso
dalam sidang Parlemen Jepang (Teikoku Gikei) ke-85 di Tokyo mengumumkan bahwa,
daerah Hindia Timur (Indonesia) diperkenankan merdeka kelak dikemudian hari.
Janji ini kemudian direalisasi Jepang dengan membentuk badan-badan untuk
mempelajari, mempersiapkan dan melengkapi Indonesia yang akan menjadi negara
merdeka
a.
Pembentukan
Chou Sangi In
Sebagaimana
telah disebutkan, tahun 1942, posisi pasukan tentara Jepang di Pasifik mulai
terdesak. Untuk menarik dukungan penduduk di negara jajahan, Jepang
merencanakan memberi kemerdekaan kepada Birma dan Filipina. Rencana itu tidak
menyebut nasib Indonesia. Oleh karena itu, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta
mengajukan protes kepada Jepang
Menanggapi
protes dan ancaman dan tokoh-tokoh nasionalis di Indonesia, pemerintah Jepang
kemudian menempuh kebijaksanaan partisipasi politik. Maksudnya, memberikan
peran aktif kepada tokoh-tokoh Indonesia di dalam lembaga pemerintahan. Untuk
ini telah diambil langkah-langkah sebagai berikut.
1)
Pembentukan Dewan Pertimbangan Pusat (Chuo
Sangi In).
2)
Pembentukan Dewan Pertimbangan Keresidenan (Shu
Shangi Kai).
3) Tokoh-tokoh
Indonesia diangkat sebagai penasihat di berbagai departemen.
4) Pengangkatan
orang-orang Indonesia ke dalam pemerintahan dan organisasi resmi lainnya.
Sebagai
tindak lanjut dari rencana tersebut, maka pada tanggal 5 September 1943, Saiko
Shikikan (Kumaikici Harada) mengeluarkan Osamu Seirei No. 36 dan
37 tentang pembentukan Chuo Sangi In dan Chuo Sangi Kai. Hal yang
boleh dibahas atau dirundingkan dalam Chuo Shangi In antara lain :
1) Pengembangan
pemerintahan militer
2) Mempertinggi
derajat rakyat
3) Pendidikan
dan penerangan
4) Industri
dan ekonomi,
5) Kemakmuran
dan bantuan sosial, serta
6) Kesehatan.
b.
BPUPKI
1)
Terbentuknya
BPUPKI
Jepang
benar-benar terancam dalam perangnya melawan sekutu. Untuk semakin menarik
simpati bangsa Indonesia agar tetap mendukung Jepang, maka pada tanggal 1 Maret
1945, Kumaikici Harada mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam bahasa Jepang BPUPKI disebut
Dokuritsu Junbi Cosakai.
BPUPKI
beranggotakan 60 orang, ditambah beberapa pimpinan. Sebagai ketua adalah Dr.
Rajiman Widyodiningrat. Wakil-wakil ketua, yakni Icibangase yang
sekaligus sebagai kepala Badan Perundingan dan RP. Suroso yang sekaligus
sebagai kepala sekretariat. Sebagai kepala sekretariat, RP. Suroso dibantu oleh
Toyohito Masuda dan Mr. AG. Pringgodigdo
2)
Sidang
Sidang BPUPKI
a)
Sidang I
Sebagai
realisasi pelaksanaan tugas, BPUPKI kemudian mengadakan sidangsidang. Secara
garis besar sidang-sidang BPUPKI itu terbagi menjadi dua kali sidang. Sidang
BPUPKI I diadakan pada tanggal 29 Mei - I Juni 1945. Kemudian Sidang BPUPKI II
dilangsungkan pada tanggal 10 - 17 Juli1945. Sidang-sidang BPUPKI itu untuk
merumuskan Undang-Undang Dasar.
b)
Sidang
II
Pada
tanggal 10 Juli 1945 mulai sidang BPUPKI II. Sidang ini membahas rancangan
Undang-Undang Dasar (UUD). Panitia Perancang UUD diketuai oleh Ir. Soekarno.
Panitia Perancang membentuk Panitia Kecil untuk merumuskan rancangan UUD dengan
segala pasal-pasalnya. Panitia Kecil ini dipimpin oleh Mr. Supomo. Sebelum
membahas rancangan Undang-Undang Dasar, mereka membahas bentuk negara. Setelah
diadakan pungutan suara, mayoritas anggota memilih negara kesatuan yang
berbentuk republik. Bahasan berikutnya adalah UUD dan pembukaannya. Pada rapat
tanggal 11 Juli 1945, Panitia Perancang UUD secara bulat menerima Piagam
Jakarta sebagai Pembukaan UUD. Tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI melanjutkan sidang
untuk menerima laporan dari Panitia
Perancang
UUD. Tiga hal penting yang dilaporkan oleh Ir. Soekarno selaku ketua Panitia
Perancang UUD sebagai berikut.
(1). Pernyataan
Indonesia merdeka
(2). Pembukaan
UUD (diambil dari Piagam Jakarta)
(3). Batang
tubuh UUD.
c.
PPKI
1) Terbentuknya PPKI
Jepang
semakin mengalami kemunduran dalam Perang Asia Timur Raya. Komando Tentara
Jepang wilayah Selatan mengadakan rapat. Dalam rapat itu disepakati bahwa
Indonesia akan diberi kemerdekaan pada tanggal 7 September 1945. Keadaan Jepang
semakin kritis. Pada 6 Agustus 1945, kota Hirosima dibom atom oleh Amerika
Serikat. Menghadap situasi ini, Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan
Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Persetujuan
ini terjadi pada pada tanggal 7 Agustus 1945. Tugas PPKI adalah melanjutkan
tugas BPUPKI dan untuk mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia. Ketua PPKI adalah
Ir. Soekarno, sedangkan wakilnya Drs. Moh. Hatta.
Untuk
kepentingan peresmian dan pelantikan PPKI, Jendral Terauchi, pimpinan Angkatan
Perang Jepang yang berkedudukan di Saigon, pada tanggal 9 Agustus 1945
memanggil Soekarno, Moh. Hatta, dan Rajiman Widyodiningrat untuk pergi ke
Dalat, Saigon. Di Dalat, Jendral Terauchi menegaskan bahwa Pemerintah
Kemaharajaan Jepang memutuskan untuk menyerahkan kemerdekaan kepada bangsa
Indonesia.
2)
PPKI dan
Perkembangan Situasi Indonesia
Tanggal
14 Agustus 1945, Soekarno, Moh. Hatta, dan Rajiman Widyodiningrat pulang
kembali ke Jakarta. Sementara Jepang sudah dalam keadaan lumpuh sebab tanggal 9
Agustus 1945 kota Nagasaki juga dibom atom oleh Amerika Serikat. Dengan
demikian Jepang benarbenar tidak dapat berbuat apa-apa. Akhimya pada tanggal 15
Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada pihak Sekutu. Ketika ketiga
perwakilan bangsa Indonesia kembali ke tanah air, keadaan politik di Indonesia
telah terjadi perubahan sangat drastis. Para tokoh yang terus mengikuti
perkembangan
Perang
Dunia II mempunyai ide untuk segera memproklamasikan kemerdekaan, tanpa
menunggu keputusan Jepang. Akhirnya terjadi perbedaan pendapat antara golongan
tua dengan golongan muda mengenai waktu pelaksanaan proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Perbedaan pendapat terjadi antara golongan tua yang terwakili dalam
PPKI, dengan golongan muda yang terwakili dalam beberapa perkumpulan Golongan
muda mendesak agar Indonesia segera memproklamirkan kemerdekaan. Sementara golongan
tua menghendaki proklamasi menunggu perkembangan keputusan Jepang. Alasan
golongan tua adalah untuk menghindari pertumpahan darah, mengingat pasukan
Jepang masih banyak yang ada di Indonesia. Pada tanggal 16 Agustus 1945
golongan muda menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Soekarno dan Hatta
didesak agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Akhirnya, keinginan
golongan muda terpenuhi.
Proklamasi
kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 Proklamasi
dibacakan Ir Soekarno pukul 10.00 di Jl Pegangsaan Timur Jakarta. Sebagai
penandatangan naskan proklamasi adalah Soekarno dan Hatta, atas nama bangsa
Indonesia. Sejak tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah merdeka dari
penjajahan.
2.
Metode
Pembelajaran Cooperative Script
a.
Pembelajaran Cooperative
Learning
Ketepatan seorang guru dalam memilih metode pembelajaran akan
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar peserta didik, karena metode pembelajaran akan berpengaruh
terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Djahiri
(1992:28) yang menyatakan bahwa, pemilihan metode pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan kurikulum dan potensi peserta
didik merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki
seorang guru.
Falsafah yang mendasari cooperative learning (gotong
royong) dalam pembelajaran adalah falsafah homo homoni socius. Falsafah
ini menekankan bahwa manusia adalah mahkluk sosial. Kerja sama merupakan
kebutuhan penting untuk kelangsungan kehidupan. Tanpa kerja sama tidak akan ada
individu, keluarga, organisasi atau sekolah. Tanpa kerja sama kehidupan sudah
punah (Lie, 2002:28). Coorporative Learning memiliki dasar pemikiran “getting
better together” yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang
lebih luas dengan suasana yang kondusif kepada peserta didik untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan,
sikap, nilai serta keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di
masyarakat.
Cooperative learning memberikan kesempatan peserta didik untuk berinteraksi dan
bekerjasama dengan peserta didik
lain dalam suasana gotong royong yang harmonis dan kondusif. Suasana positif
yang timbul dari metode cooperative learning bisa memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk
mencintai pelajaran dan sekolah. Dalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan ini,
peserta didik merasa lebih
terdorong untuk belajar dan berpikir (Lie, 2002:90).
Johnson & Johnson (dalam Lie, 2002:30) mengatakan bahwa
tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif untuk mencapai
hasil yang maksimal. Lima unsur metode pembelajaran gotong royong harus
diterapkan. Kelima unsur tersebut adalah :
1)
Saling ketergantungan positif,
2)
Tanggung jawab perseorangan,
3)
Tatap muka,
4)
Komunikasi antar anggota,
5)
Evaluasi proses kelompok.
b. Cooperative Script
Administrator (2009: 13) Skrip
kooperatif adalah metode belajar dimana peserta didik
bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi
yang dipelajari. Langkah-langkah:
1) Guru membagi peserta didik untuk berpasangan.
2) Guru membagikan wacana/materi tiap peserta didik untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3) Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa
yang berperan sebagai pendengar.
4) Pembicara membacakan ringkasannya
selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang
lengkap dan membantu mengingat/menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5) Bertukar peran, semula sebagai
pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di
atas.
6) Kesimpulan guru.
7) Penutup.
Berikut kelebihan dan kekurangan pada metode pembelajaran cooperative
script.
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Metode Cooperative Script
Kelebihan
|
Kekurangan
|
a) Melatih pendengaran, ketelitian /
kecermatan
b) Setiap peserta didik mendapat peran.
c) Melatih mengungkapkan kesalahan
orang lain dengan lisan
|
a)
Hanya
digunakan untuk mata pelajaran tertentu
b)
Hanya
dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya
sebatas pada dua orang tersebut).
|
B.
Penelitian
Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Widyaningsih (2008) dengan
judul penelitian Cooperative
Learning Sebagai Model
Pembelajaran Alternatif Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar peserta didik Pada
Mata Pelajaran Matematika adalah penelitian yang dianggap memiliki kesamaan
dalam penelitian ini. Penelitian yang disamapaikan oleh Wahyu Widyaningsih
tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Motivasi merupakan faktor yang ada pada diri individu. Hal ini menjadi penting untuk mendorong peserta didik meningkatkan keberhasilan belajar dan kecakapan menghadapi tantangan hidup. Kadar motivasi belajar peserta didik tidak stabil, kadang tinggi, kadang rendah, bahkan suatu ketika motivasi tersebut hilang dari diri peserta didik. Oleh karena itu, perlu diterapkan cooperative learning pada pembelajaran matematika dalam mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan.
- Pelaksanaan cooperative learning dalam pembelajaran matematika dapat menggunakan berbagai model serta efektif jika digunakan dalam suatu periode waktu tertentu.
- Susana positif yang timbul dari cooperative learning memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencintai pelajaran dan guru matematika. Dalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan peserta didik merasa lebih termotivasi untuk belajar dan berpikir. Namun tidak menutup kemungkinan kericuhan didalam kelas akan terjadi.
C.
Kerangka Berfikir
Agar
mendapatkan gambaran dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan
mengenai pembelajaran dan penelitian yang dilakukan. Berikut gambaran penelitian yang jelaskan
dalam kerangka berfikir:
BAB III
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Menurut
Webster dalam Sukardi (2006:17), setting adalah lingkungan, tempat
kejadian, atau bingkai. Jadi dapat diartikan bahwa setting merupakan
tempat atau lingkungan dimana suatu kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan
penelitian. dalam penelitian ini setting penelitian dibagi menjadi dua
yaitu waktu penelitian dan tempat penelitian.
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tepatnya
pada bulan Februari sampai dengan April 2010. Berikut peneliti sajikan alokasi waktu penelitian berdasarkan uraian di
atas :
Tabel 3.1 Alokasi Waktu Penelitian
Tindakan Kelas
No.
|
Jenis
Kegiatan
|
Februari
|
Maret
|
April
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Menyusun Proposal
|
ü
|
ü
|
||||||||||
2
|
Menyusun Instrumen
|
ü
|
|||||||||||
3
|
Pengumpulan Data
|
ü
|
|||||||||||
4
|
Analisa Data
|
ü
|
|||||||||||
5
|
Melakukan Tindakan Kelas Siklus I
|
ü
|
|||||||||||
6
|
Melakukan Tindakan Kelas Siklus II
|
ü
|
|||||||||||
7
|
Menganalisis Data dan Menyusun
Laporan
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
2.
Tempat Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SMP X. Untuk lebih jelas mengenai tempat penelitian ini
akan disajikan profil SMP X:
a.
Nama Sekolah : SMP X
b.
No. Statistik
Sekolah :
c.
Tipe Sekolah :
d.
Alamat Sekolah :
.............................
(Kecamatan) ......................
(Kabupaten/Kota) ......................
(Propinsi) ......................
e. Telepon/HP/Fax :
000000000
f. Status Sekolah :
Negeri
g. Nilai Akreditasi Sekolah : A SSN
Berikut
peneliti sajikan data peserta didik selama empat tahun terakhir:
Tabel 3.2 Data Peserta Didik Empat Tahun
Terakhir
Tahun
Pelajaran
|
Jumlah Pendaftar
|
jumlah
|
|||
Kelas
VII
|
Kelas
VIII
|
Kelas
IX
|
Jumalah
seluruhnya
|
||
2006/2007
|
256
|
251
|
207
|
197
|
655
|
2007/2008
|
234
|
234
|
248
|
205
|
687
|
2008/2009
|
240
|
240
|
227
|
250
|
717
|
2025
|
255
|
207
|
234
|
223
|
664
|
B. Subjek Penelitian
Peserta didik yang menjadi subjek dalam penelitian ini
adalah peserta didik kelas VIII A Semester II SMP X
Tahun Pelajaran 2025. Berikut data mengenai subjek penelitian seperti
tabel 3.3 dibawah ini:
Tabel 3.3 Daftar Peserta Didik Kelas VIII A
SMP X Tahun Pelajaran 2025
No
|
Nama
|
1
|
subjek 1
|
2
|
subjek 2
|
3
|
subjek 3
|
4
|
subjek 4
|
5
|
subjek 5
|
6
|
subjek 6
|
7
|
subjek 7
|
8
|
subjek 8
|
9
|
subjek 9
|
10
|
subjek 10
|
11
|
subjek 11
|
12
|
subjek 12
|
13
|
subjek 13
|
14
|
subjek 14
|
15
|
subjek 15
|
16
|
subjek 16
|
17
|
subjek 17
|
18
|
subjek 18
|
19
|
subjek 19
|
20
|
subjek 20
|
21
|
subjek 21
|
22
|
subjek 22
|
23
|
subjek 23
|
24
|
subjek 24
|
25
|
subjek 25
|
26
|
subjek 26
|
27
|
subjek 27
|
No
|
Nama
|
28
|
subjek 28
|
29
|
subjek 29
|
30
|
subjek 30
|
31
|
subjek 31
|
32
|
subjek 32
|
33
|
subjek 33
|
34
|
subjek 34
|
35
|
subjek 35
|
36
|
subjek 36
|
37
|
subjek 37
|
38
|
subjek 38
|
39
|
subjek 39
|
40
|
subjek 40
|
C.
Sumber
Data
Menurut Arikunto (2007:118) Sumber data adalah
subyek penelitian dimana data menempel. Sumber data dalam penelitia ini berupa data primer dan data sekunder.
Berikut penjelasan mengenai data primer dan data sekender dalam penelitian ini.
- Data
Primer
Dalam penelitian ini data primer adalah data yang
diperoleh peneliti secara langsung dari subjek penelitian yaitu dari kata-kata
dan tindakan. Dalam
penelitian ini tentunya segala tindakan pada subjek penelitian yaitu peserta
didik kelas VIII A SMP X dijadikan sebagai data primer.
- Data
Sekunder
Data sekunder juga ha yang penting dalam penelitian
ini. Data sekuder adalah
data-data mengenai dokumentasi dari peserta didik dan profil sekolah di SMP X.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
Menurut
Nasution (1988;59) metode pengamatan menghasilkan data berupa kegiatan manusia
dan situasi sosial serta kontak dimana kegiatan tersebut berlangsung. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan observasi sistematis yang menggunakan
pedoman berupa format observasi. Untuk mengumpulkan data penelitian maka perlu
adanya alat observasi berupa lembar observasi. Selain peneliti menggunakan
lembar observasi, peneliti juga menggunakan catatan-catatan lapangan agar dapat
mengetahui informasi secara cepat yang tidak terdapat dalam lembar observasi
pada peserta didik kelas VIII A SMP X semester 2 tahun pelajaran 2025.
2. Metode wawancara
Tehnik
wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.
Wawancara mendalam (in depth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dalam penelitian ini peneliti melakukan
wawancara dengan peserta didik kelas VIII A SMP X
semester 2 tahun pelajaran 2025 dalam penggunaan metode cooperative scrip dalam pembelajaran sejarah.
3. Metode Dokumentasi
Adakalanya
data-data yang dikumpulkan tidak dapat diperoleh melalui observasi dan
wawancara. Maka, untuk memperoleh data-data terseebut diperlukan teknik
dokumentasi. Menururt
Arikunto (2007: 188) Dokumentasi merupakan cara untuk mencari data, hal-hal
atau variabel yang berbentuk catatan, buku, surat kabar, majalah, notulen,
ledger, prasasti, agenda sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan
yang berbentuk dokumentasi. Dokumentasi ini digunakan untuk melihat situasi dan
kondisi lainnya yang terkait dengan data-data tertulis tentang karakteristik
fisik sekolah di SMP X, peserta didik kelas VIII A dan hasil tes yang
dilakukan pada kondisi awal.
E.
Validasi Data
Data yang
telah dikumpulkan oleh alat dan teknik pengumpul data maka harus di uji
kebenaran dan ketepatannya. Dalam penelitian ini teknik validasi yang digunakan
adalah dengan trianggulasi data. Menurut Denzin (1978) dalam Ivanivich Agusta.
(2003: 8) terdapat empat tipe trianggulsi yaitu:
1.
Triangulasi data yaitu penggunaan beragam sumber data
dalam suatu penelitian. Penggunaan sumber data tersebut dilakukan dalam upaya
untuk membandingkan antara sumber data yang satu dengan sumber data yang
lainnya. Trianggulasi ini peneliti membandingkan berbagai pendapat yang
bersumber dari peserta didik kelas VIII A dalam
pembelajaran dengan sejarah dengan menggunakan metode cooperative script.
2. Triangulasi peneliti yaitu penggunaan
beberapa peneliti yang berbeda disiplin ilmunya dalam suatu penelitian. Dalam
hal ini peneliti
mengkonfirmasikan kepada peneliti lain dalam hubungannya dengan kegiatan
penelitian tindakan kelas yang dilakukan.
3. Triangulasi teori yaitu penggunaan
sejumlah perspektif dalam menafsir satu set data. Hasil penelitian terdahulu
yang dianggap sama dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilkukan.
4. Teriangulasi teknik metodelogis yaitu
penggunaan sejumlah teknik dalam suatu penelitian. Dalam hal ini peneliti
membandingkan hasil pengumpulan data yang diperoleh apakah sinkron atau tidak.
F. Analisis Data
Agar
mendapatkan hasil penelitian yang baik dan berkualitas maka diperlukan proses
penelitian dan analisa data. Analisa data dapat dilakukan dengan tiga tahapan
yaitu reduksi data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan. Menurut H.B.
Sutopo (2003: 18) Dalam proses analisa ada tiga komponen yang harus disadari
oleh peneliti yaitu: 1) data reduksi; 2) sajian data, 3) penarikan kesimpulan
atau verifikasi.
1.
Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses menyeleksi data awal,
memfokuskan, menyederhanakan dan mengabstraksi data kasar yang ada dalam fieldnote
(catatan lapangan). Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan
penelitian. Data reduksi adalah sesuatu bentuk analisis yang mempertegas,
memperpendek, membuat focus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dilakukan.
2.
Sajian Data
Sajian data
adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan penelitian dapat
dilakukan. Dengan melihat penyajian data, maka akan dimengerti apa yang terjadi
dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain
berdasarkan pengertian tersebut. Sajian data ini dapat berupa grafik dan tabel.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan
kesimpulan, dalam tahapan ini apabila ditemukan data yang akurat, maka peneliti
tidak segan-segan untuk melakukan penyimpulan ulang. Peneliti dalam hal
ini bersifat terbuka.
G.
Indikator Kinerja
Indicator merupakan suatu ukuran untuk mengetahui
apakah kegiatan yang dilaksanakan telah berjalan baik dan sesuai dengan rencana
atau belum. Maka, untuk menentukan tingkatan keberhasilan tersebut dibuatlah
indicator kinerja pada penelitian yang berjudul optimalisasi
hasil belajar IPS sejarah dalam menjelaskan proses persiapan kemerdekaan
Indonesia pada kelas viiia semester II SMP X tahun pelajaran 2025 melalui
metode cooperative script sebagai
berikut:
Tabel 3.4
Indikator Kinerja Penelitian
Kategori
|
Nilai Angka
|
Sangat baik
|
A
|
Baik
|
B
|
Cukup
|
C
|
Kurang
|
D
|
Sangat kurang
|
E
|
Dalam
penelitian ini akan dinyatakan dapat berhasil apabila peserta didik
kelas VIII A SMP X rata-rata telah memperoleh dengan minimal B sebanyak 65% dan
tidak terdapat lagi peserta didik yang mendapatkan nilai kurang dan sangat
kurang.
H.
Prosedur
Penelitian
Menurut Arikunto (2007: 21-28) dalam penelitian tindakan kelas terdapat empat
prosedur penelitian yaitu perencanaan, tahap implementasi dan tindakan, tahap
observasi dan implementasi, dan tahap analisis dan reflekasi.
- Perencanaan
Dalam tahap
perencanaan ini peneliti merencakana penelitian yang akan dilaksanakan.
Kegiatan tersebut berupa perencaaan dalam menyiapkan materi pembelajaran.
menyiakan metode pembelajaran, menyiapkan instrumen-instrumen penelitian.
- Implementasi Tindakan
Implementasi tidakan dilakukan dengan melakukan kerja
terhadap perencanaan yang telah dilakukan. Pelaskanaan tindakan tersebut
tentunya berhubungan dengan metode pembelajaran cooperative script dalam pembelajaran sejarah materi proses
perolehan kemerdekaan Indonesia. Dalam tahap ini terbagi menjadi tiga langkah yaitu
a.
Langkah apersepsi
b.
Langkah kegiatan inti
c.
Langkah penutup perencanaan.
- Observasi dan Implementasi
Dalam
kegiatan pembelajaran peenliti megamati jalannya pembelajaran
dari awal samapai ahir agar mendapatkan kesimpulan yang dinginkan. Pelaksanaan
pengamatan dengan menggunakan bantuan lembar observasi dan pengamatan secar
spontan dari peneliti.
- Analisis dan Refleksi
Setelah
melakukan tindakan dan observasi terhadap jalannya penelitian maka peneliti melakukan penyimpulan terhadap pembelajaran yang
dilakukan.
artikel yang sangat bagus
BalasHapusterimakasih
artikel yang sangat bagus, sangat membantu terutama dalam pembuatan skripsi nantinya
BalasHapus