BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak siswa di sekolah memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Padahal matematika merupakan mata pelajaran yang banyak berguna dalam kehidupan dan merupakan salah satu mata pelajaran yang di ujikan dalam UNAS. Ini berarti matematika merupakan sarana berpikir logis untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu matematika perlu diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di sekolah.
SMP Negeri 1 Matesih mempunyai 21 kelas yaitu kelas VII
tujuh kelas, kelas VIII
tujuh kelas dan kelas IX tujuh kelas yang
masing-masing kelas terdiri dari 32 siswa. SMP Negeri 1 Matesih mempunyai empat guru matematika yang
semuannya sarjana pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru matematika prestasi belajar
siswa kelas VIIA masih
rendah hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa yaitu 59,19 pada semester ganjil yang
masih dibawah KKM sekolah yaitu
66.
Berdasarkan hasil pengamatan, proses pembelajaran yang digunakan di SMP Negeri 1 Matesih adalah pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher oriented). Siswa masih belum aktif dalam
kegiatan
pembelajaran karena
selama
pembelajaran
guru banyak memberikan
ceramah tentang materi. Sehingga aktivitas yang dilakukan siswa biasanya hanya mendengar dan mencatat, siswa jarang
bertanya atau mengemukakan pendapat. Diskusi antar kelompok jarang dilakukan sehingga interaksi dan komunikasi antara
siswa dengan siswa lainnya maupun dengan guru masih
belum
terjalin selama proses
pembelajaran.
Menurut keterangan guru matematika kelas VIIA SMP Negeri 1 Matesih, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal himpunan yang
berkaitan dengan
diagram Venn. Kesulitan siswa
dalam menyelesaikan soal himpunan karena pada materi
himpunan penuh dengan logika abstrak. Sementara
itu proses belajar mengajar pada materi
himpunan, guru lebih sering menjelaskan materi melalui ceramah, siswa cenderung pasif, dan aktivitas siswa yang sering dilakukan hanya mencatat dan menyalin. Siswa masih malu bertanya kepada
guru jika
mengalami kesulitan dalam
memahami atau menyelesaikan
soal yang
diberikan, akibatnya hasil belajar siswa
pada materi himpunan
belum maksimal.
Berdasarkan masalah tersebut peneliti berpendapat perlunya
dilakukan perbaikan proses pembelajaran pada siswa
kelas VIIA. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa dapat ikut berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa saling
bertukar pendapat dalam
memahami konsep
himpunan serta mampu
menyelesaikan
soal himpunan secara berdiskusi dalam kelompok. Maka diperlukan model pembelajaran yang
dapat mengaktifkan siswa selama
kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran yang lebih mendorong keaktifan, kemandirian dan tanggung jawab dalam diri siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
diharapkan dapat meningkatkan keaktifan
dan prestasi belajar siswa pada materi
himpunan di kelas VIIA.
Sesuai dengan uraian
diatas
maka peneliti
mengadakan
penelitian
dengan
judul
”Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar
Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD (Students Teams Achievement Division) pada Pokok Bahasan Himpunan Kelas VIIA SMP
Negeri 1 Matesih ”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada materi himpunan.
B.
Identifikasi Masalah
Dalam proses pembelajaran pada
materi himpunan sebagian besar
siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Matesih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal himpunan. Siswa masih
lemah dalam pemahaman konsep himpunan, hal ini yang menyebabkan prestasi belajar siswa
rendah dilihat dari hasil rata-rata
semester ganjil siswa. Dalam pembelajaran siswa
masih malu bertanya dan mengeluarkan pendapat sehingga keaktifan siswa belum nampak. Hal itu
dikarenakan pembelajaran matematika
di kelas VIIA
masih berpusat pada guru. Interaksi dan
komunikasi antara siswa dengan
siswa lainnya maupun dengan guru
belum
terjalin selama proses pembelajaran karena diskusi kelompok jarang dilakukan. Dalam proses belajar mengajar seharusnya siswa
aktif agar proses belajar
menjadi bermakna. Guru seharusnya
menggunakan
model pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar dalam kelompok sehingga siswa akan terbiasa aktif bertanya dan berpendapat. Salah satu model pembelajaran yang
mendorong
keaktifan, kemandirian dan tanggung
jawab dalam diri siswa diantaranya adalah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang
di
atas, penelitian ini hanya akan membahas masalah upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam penelitian ini indikator
meningkatnya keaktifan siswa dilihat dari
proses pembelajaran selama dikenai tindakan dan meningkatnya prestasi belajar siswa dilihat
dari hasil tes siswa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah:
1. Apakah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe
STAD dapat
meningkatkan
keaktifan belajar siswa pada materi
himpunan di kelas
VIIA SMP Negeri 1 Matesih?
2. Apakah penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat
meningkatkan
prestasi belajar siswa
pada materi himpunan di kelas VIIA
SMP Negeri 1 Matesih?
E. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Meningkatkan keaktifan belajar siswa
pada materi himpunan di kelas VIIA SMP Negeri 1
Matesih melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi himpunan di kelas VIIA SMP Negeri 1
Matesih melalui
penerapan
model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas
ini
diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
1. Bagi
Guru
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran dengan tujuan agar
dapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
2. Bagi
Siswa
Sebagai
wahana baru
dalam proses meningkatkan
keaktifan dan prestasi
dalam
pembelajaran matematika.
3. Bagi
Peneliti
Sebagai pengembangan pengetahuan tentang penelitian dalam
pembelajaran matematika.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Belajar
Menurut Hintzman belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia
(Muhibbin Syah, 2005:90). Kegiatan belajar merupakan unsur yang sangat mendasar dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Jadi perubahan yang
ditimbulkan oleh pengalaman baru dapat dikatakan belajar apabila
mempengaruhi prilaku dalam kehidupan sehari-hari
sampai batas tertentu.
Menurut
Oemar Hamalik
(2003:50) terdapat
unsur-unsur
yang terkait dalam proses belajar diantaranya: 1)
motivasi siswa, 2) bahan belajar, 3) alat bantu belajar, 4) suasana belajar, 5) kondisi subjek yang
belajar. Kelima unsur inilah yang
bersifat dinamis yang
sering berubah, menguat atau melemah dan mempengaruhi proses belajar siswa. Proses belajar
pada hakekatnya merupakan
perubahan
dalam tingkah
laku seseorang
dalam
situasi tertentu yang berulang-ulang berdasarkan keadaan seseorang.
Menurut peneliti perbuatan belajar adalah suatu perubahan yang
ditimbulkan oleh pengalaman baru yang mempengaruhi tingkah laku siswa dalam situasi tertentu yang
berulang-ulang. Setiap perbuatan belajar mengandung beberapa unsur yang
bersifat
dinamis (berubah-ubah) dalam arti
dapat menjadi lebih kuat
atau melemah. Kedinamisan ini dipengaruhi oleh kondisi yang ada dalam diri siswa dan yang ada diluar diri siswa
yang tentu pula ada
pengaruhnya terhadap kegiatan belajar siswa.
2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menggunakan sistem pengelompokan yang terdiri empat sampai enam orang yang mempunyai kemampuan akademik, jenis kelamin, suku yang
heterogen (Wina
Sanjaya, 2007:240). Pada proses pembelajarannya siswa diberi
kesempatan bekerja
dalam kelompok
kecil untuk mendiskusikan dan memecahkan masalah. Tugas kelompok dapat memacu para siswa untuk bekerja
sama dalam mengintegrasikan
pengetahuan
baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Depdiknas (2005:14), model
pembelajaran
kooperatif mempunyai ciri-ciri
antara lain:
a. Untuk
menuntaskan
materi
belajarnya, siswa belajar
dalam
kelompok
secara kooperatif.
b. Kelompok
dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda. Maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari
ras, suku, budaya, jenis
kelamin yang berbeda pula.
d. Penghargaan
lebih
diutamakan pada kerja kelompok dari
pada perorangan.
Untuk
penguasaan
materi pelajaran
setiap siswa dalam kelompok
bertanggung jawab secara bersama dengan cara berdiskusi, saling tukar pendapat, pengetahuan dan pengalaman. Kemampuan atau prestasi
setiap anggota kelompok sangat menentukan hasil pencapaian belajar
kelompok, untuk itu penguasaan materi pelajaran setiap siswa ditekankan
dalam strategi pembelajaran kooperatif. Dengan model pembelajaran kooperatif diharapkan siswa dapat mengembangkan semua potensinya secara
optimal dengan cara berpikir aktif selama proses
belajar berlangsung.
Menurut Depdiknas (2005:15) pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan
strategi pembelajaran kooperatif, paling tidak ada tiga tujuan yang hendak dicapai yaitu:
a. Hasil
belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas
akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model kooperatif
unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
b. Pengakuan adanya keragaman
Model kooperatif bertujuan agar
siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar
belakang. Perbedaan tersebut antara lain
perbedaan suku, agama,
kemampuan akademik,
dan tingkat sosial.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran kooperatif bertujuan
untuk mengembangkan
keterampilan
siswa. Keterampilan sosial
yang dimaksud
antara lain:
berbagi
tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah pembelajaran (Ismail,
2003:21) yaitu:
a. Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
Guru meyampaikan
semua
tujuan pelajaran
yang
ingin
dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar.
b. Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan
bacaan.
c. Mengorganisasikan
siswa
kedalam kelompok-kelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
d. Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing
kelompok-kelompok
belajar pada saat
mereka
mengerjakan tugas.
e. Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok
mempresentasikan hasil
kerjanya.
f. Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun
kelompok.
Bila
diperhatikan langkah-langkah model pengajaran kooperatif di atas maka tampak bahwa proses demokratis dan peran aktif siswa di kelas lebih
banyak selama pembelajarannya. Kendala yang dihadapi dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif adalah
siswa
yang pandai
merasa terbebani oleh
temannya
yang kurang
pandai. Siswa yang pandai ini merasa memberikan kontribusi lebih banyak dalam nilai
kelompok. Hal ini dapat diatasi dengan menginformasikan sistem penilaian kepada siswa
lebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai.
Menurut
Slavin
(1995:80)
salah
satu
cara
perhitungan dalam penentuan nilai
perkembangan siswa sebagai berikut:
Langkah
1 : Menetapkan skor dasar
Setiap siswa
diberikan skor dasar berdasarkan
skor
kuis sebelumnya. Langkah 2 : Menentukan skor kuis terkini
Siswa
memperoleh skor dari
kuis yang berkaitan dengan materi terkini. Langkah 3 : Menghitung skor perkembangan.
Setiap siswa memperoleh poin peningkatan individu
yang besarnya dihitung dari selisih skor sekarang dan skor dasar. Poin tersebut ditentukan dengan
menggunakan
skala berikut:
Tabel 1. Kriteria Poin
Perkembangan
Kriteria
|
Nilai perkembangan
|
Lebih dari 10 poin dibawah skor
dasar
|
5 poin
|
10 poin hingga 1
poin dibawah skor dasar
|
10 poin
|
Skor dasar hingga 10 poin
diatas skor dasar
|
20 poin
|
Lebih dari 10 poin diatas skor
dasar
|
30 poin
|
Pekerjaan sempurna tanpa
memperhatikan
skor dasar
|
30 poin
|
Sumber: (Slavin,
1995:80)
3.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Sebuah
tim dalam STAD merupakan sebuah kelompok
terdiri dari empat atau
lima siswa yang mewakili heteroginitas kelas ditinjau dari kinerja, suku, dan jenis kelamin (Mohamad Nur, 2005:23). Menurut Mohamad Nur (2005:20)
STAD terdiri dari lima
komponen utama yaitu presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor perbaikan individu dan
penghargaan tim.
a. Presentasi
Kelas
Presentasi ini paling
sering
menggunakan pengajaran langsung atau ceramah yang
dilakukan oleh guru
namun presentasi dapat meliputi presentasi audio-visual atau penemuan
kelompok (Mohamad
Nur, 2005:20). Pada kegiatan ini siswa harus
sungguh-sungguh memperhatikan presentasi kelas
karena dengan
begitu akan membantu
mereka mengerjakan
kuis
dengan baik. Dan
skor
kuis
yang mereka peroleh akan
menentukan skor
timnya.
b. Kerja Tim
Dalam setiap kelompok
terdiri
dari empat atau lima siswa yang heterogen
berdasarkan
pretasi belajar,
jenis kelamin dan suku. Setelah guru mempresentasikan materi,
tim tersebut berkumpul untuk
mempelajari materi
yang
sudah diberikan dengan menggunakan lembar kerja. Pada tahap kerja kelompok ini siswa
secara bersama mendiskusikan masalah dan membantu antar anggota
dalam kelompoknya.
Kerja tim yang paling sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi
apabila teman sesama tim
membuat kesalahan.
c. Kuis
Sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar dapat diketahui dengan diadakannya kuis oleh guru mengenai materi yang dibahas. Dalam mengerjakan kuis ini
siswa harus bekerja secara individu sekalipun skor yang
ia peroleh nanti dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan kelompoknya. Kepada setiap individu, guru memberikan skor yang digunakan untuk menentukan skor bersama bagi setiap kelompok.
d. Skor Perbaikan Individu
Skor yang
diperoleh setiap anggota dalam kuis akan berkontribusi pada kelompok mereka, dan didasarkan pada
sejauh mana
skor mereka telah meningkat dibandingkan
dengan skor rata-rata
awal
yang telah mereka capai
sebelumnya (Isjoni
dkk,
2007:72). Berdasarkan skor awal setiap individu
ditentukan skor
peningkatan atau perkembangan. Rata-rata skor
peningkatan dari tiap individu dalam suatu kelompok akan digunakan untuk menentukan penghargaan
bagi kelompok yang berprestasi.
e. Penghargaan Tim
Kelompok dapat memperoleh sertifikat atau penghargaan lain apabila skor rata-
rata yang didapat melampaui
kriteria
tertentu. Penghargaan yang diperoleh
menunjukkan keberhasilan setiap kelompok dalam menjalin
kerjasama antar anggota kelompok.
Penghargaan kelompok
dilakukan
dengan
memberikan
penghargaan
berupa sertifikat atau penghargaan lain atas usaha dan kerja keras yang dilakukan
kelompok.
Menurut Mohamad Nur (2005:36) ada tiga tingkat penghargaan yang diberikan berdasarkan
skor tim rata-rata. Ketiga tingkat
adalah sebagai berikut:
Tabel
2.
Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria (rata-rata tim)
|
Penghargaan
|
15
|
TIM BAIK
|
20
|
TIM HEBAT
|
25
|
TIM
SUPER
|
Sumber: (Mohamad
Nur, 2005:36)
4.
Keaktifan Siswa
Aktif menurut kamus besar
bahasa Indonesia (2002:19) berarti giat (bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Keaktifan siswa
dalam belajar matematika tampak dalam kegiatan berbuat sesuatu
untuk memahami materi pelajaran.
Menurut Moh User Usman (2002:26)
cara yang
dapat dilakukan guru untuk
memperbaiki keterlibatan siswa
antara lain sebagai berikut:
a.
Tingkatkan persepsi
siswa
secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang
membuat respon yang
aktif dari
siswa
b. Masa transisi antara kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan secara cepat dan luwes
c.
Berikan pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai
d. Usahakan agar pengajaran dapat lebih memacu
minat siswa.
Menurut Lidgren (Moh
User
Usman, 2002:24) terdapat
empat jenis
interaksi dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya sebagai
berikut:
komunikasi dari guru. Komunikasi dari guru sudah mendapat respon balik dari siswa,
tetapi tidak ada interaksi antar siswa. Interaksi yang
terjadi hanya antara guru dan siswa
selama
pembelajaran (gambar 1.b). Komunikasi dari guru sudah mendapat respon balik dari
siswa dan ada interaksi diantara siswa,
tetapi belum
keseluruhan siswa
yang melakukan interaksi baik dengan guru maupun siswa
lainnya (gambar
1.c). Komunikasi sudah berjalan baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya.
Dalam
hal ini interaksi sudah optimal
selama proses
pembelajaran (gambar 1.d).
Jenis-jenis interaksi
pembelajaran
diatas
menunjukkan derajat keaktifan
siswa. Anak panah
menunjukkan arah komunikasi
sehingga semakin banyak ruas garis
berarah
menunjukkan semakin tinggi interaksi siswa. Interaksi lebih
tinggi ini diperlukan dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Keaktifan siswa merupakan suatu keadaan dimana siswa berpartisipasi
secara aktif dalam pembelajaran.
Dalam
hal ini
keaktifan siswa
terlihat dari
merespon pertanyaan
atau perintah dari guru, mendengarkan
dan memperhatikan penjelasan guru, berani mengemukakan
pendapat,
dan
aktif mengerjakan
soal yang diberikan
guru.
5.
Prestasi Belajar
Belajar merupakan salah
satu dasar untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran yang disampaikan guru dapat diterima dan dipahami sehingga prestasi belajar
Menurut Dalyono (2005:55) ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
yaitu
faktor
intern dan faktor
ekstern. Faktor intern meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat, dan motivasi, sedangkan faktor ekstern meliputi
keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar. Faktor yang
bersumber dari dalam diri siswa
yaitu kecerdasan, minat, motivasi dan kemampuan kognitif
sedangkan faktor
dari
lingkungan keluarga yaitu
tingkat pendidikan orang tua dan jumlah
anggota orang tua.
Prestasi belajar siswa merupakan hasil yang telah dicapai siswa setelah belajar
dan
mengerjakan secara optimal yang diperoleh dari hasil tes individu. Perbedaan
kemampuan belajar siswa berpengaruh pada prestasi belajar yang dicapai dari setiap siswa karena faktor yang
mempengaruhi prestasi
belajar siswa juga berbeda-beda.
6.
Materi Himpunan
Himpunan merupakan salah satu materi pelajaran yang diberikan pada siswa
SMP kelas VII. Himpunan merupakan sekumpulan atau sekelompok benda
atau obyek yang terdefinisikan
dengan jelas (Ponco
Sujatmiko,
2005:179). Definisi tersebut menyangkut
ciri-ciri dan syarat-syarat sehingga
sekumpulan atau sekelompok
obyek dapat diketahui merupakan himpunan atau bukan, dan suatu obyek merupakan anggota himpunan atau
bukan.
Suatu himpunan dapat dinyatakan dengan berbagai cara diantaranya dengan kata- kata, mendaftar anggota-anggotanya, notasi pembentuk himpunan dan dengan gambar
atau diagram. Operasi-operasi pada
himpunan yaitu irisan suatu himpunan, gabungan
(Union) himpunan, selisih (Diference), dan komplemen himpunan. Operasi yang ada pada
himpunan tersebut akan mudah dipahami oleh siswa bila dinyatakan dalam diagram
Venn. Diagram Venn merupakan cara
untuk menyatakan himpunan dengan gambar
atau
diagram.
Dalam membuat diagram Venn ada ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan
diantaranya himpunan semesta digambarkan dengan sebuah persegi panjang dan diberi
simbol S yang letaknya pada bagian sudut kiri atas. Untuk setiap anggota himpunan
semesta ditunjukkan dengan sebuah
noktah di dalam persegi panjang itu, dan
nama anggotanya dituliskan berdekatan dengan noktahnya. Noktah dan obyek yang
dibicarakan digambarkan dengan kurva
tertutup sederhana. Dalam menggambar himpunan-himpunan
pada
diagram Venn yang mempunyai anggota sangat banyak tidak menggunakan noktah.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah
penelitian yang
dilakukan Tintin Prihatiningsih pada tahun 2006 tentang ” Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat Kelas
VIIA SMPN 5
Depok Yogyakarta”.
Penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran pada pokok
bahasan bilangan bulat dapat meningkat.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sony
Irianto (2006) tentang “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dan TGT (Teams Game Tournaments) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kreativitas Siswa
SMP di
Purwokerto”. Analisis data
menunjukkan
hasil
:
1)
tidak ada
perbedaan
yang signifikan
mengenai prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD,
TGT, dan pembelajaran konvensional, 2) tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi belajar
matematika yang
disebabkan oleh
perbedaan
tingkat kreativitas,
3)
tidak ada interaksi pengaruh yang signifikan mengenai prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh pembelajaran
kooperatif tipe
STAD, TGT,
pembelajaran konvensional,
dan
tingkat kreativitas.
C. Kerangka Berpikir
Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan belajar di kelas selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang selama proses pembelajaran yang
berdampak pada prestasi belajar siswa masih rendah dalam mempelajari materi himpunan. Hal ini yang
menjadi indikator perlunya upaya untuk membantu siswa agar dapat mempelajari
materi
himpunan dengan lebih
baik sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih mendorong kemandirian, keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam pembelajaran ini siswa
lebih banyak berperan selama kegiatan berlangsung. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
ini
diharapkan
dapat
meningkatkan keaktifan
dan prestasi belajar
siswa
pada materi himpunan kelas VIIA SMP Negeri 1 Matesih.
Berdasarkan paparan di
atas,
maka kerangka
penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
kerangka berpikir
di atas
maka hipotesis
tindakan dalam penelitian
ini
adalah:
1. Penerapan model
pembelajaran koopertif tipe STAD
dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa
pada materi
himpunan di kelas
VIIA SMP Negeri 1 Matesih.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa pada materi himpunan
di kelas VIIA SMP Negeri 1 Matesih.
E. Indikator Keberhasilan
Indikator
keberhasilan penelitian ini adalah meningkatnya keaktifan dan prestasi belajar
siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Matesih. Peningkatan keaktifan belajar siswa dilihat dari aktivitas belajar selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sedangkan peningkatan
prestasi belajar
siswa dilihat dari hasil tes siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu dengan nilai
ketuntasan 60.
BAB
III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP
Negeri 1 Matesihpada semester genap bulan Februari
sampai Maret 2008. Dengan menyesuaikan jam pelajaran matematika kelas VIIA SMP Negeri 1 Matesih.
B. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Matesih, yaitu 36 siswa yang terdiri dari 16 siswa
putri dan 20 siswa putra. Dan obyek penelitian ini adalah penerapan
model
pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
C. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang
dilakukan secara kolaboratif. Dalam penelitian kolaboratif pihak yang
melakukan tindakan adalah guru itu sendiri sedangkan yang
diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti
(Suharsimi
Arikunto, 2002:17).
Menurut Kemmis
dan Taggart ada
beberapa tahapan dalam penelitian ini (Rochiati Wiriaatmadja,
2005:66) yaitu:
1. Perencanaan (plan)
2. Tindakan (act)
3. Pengamatan (observe)
4. Refleksi (reflect).
Dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus.
Siklus dihentikan apabila
kondisi kelas sudah stabil dalam hal ini guru sudah mampu menguasai keterampilan belajar yang baru dan siswa terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD serta data
yang ditampilkan di
kelas
sudah jenuh
dalam arti
sudah ada peningkatan
keaktifan dan
prestasi
belajar
siswa (Rochiati Wiriaatmadja,
2005:103). Alur
penelitiannya adalah:
D.
Tahapan Penelitian
1. Tahapan Penelitian Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran,
hand out, lembar kerja siswa, lembar observasi keaktifan, lembar angket respon siswa, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran STAD dan pedoman wawancara yang
kemudian dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing.
b. Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Tahap tindakan dilakukan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran koopertif tipe
STAD. Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran matematika
kelas VIIA. Materi yang
akan diberikan adalah materi
himpunan tentang diagram
Venn. Adapun tindakan yang dilakukan pada tiap
siklus yaitu:
1) Pendahuluan
Guru menyampaikan presentasi kelas dengan memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa dalam
mempelajari
materi
himpunan.
2) Kegiatan Inti
a). Siswa belajar dalam
kelompok
b). Guru memberi penekanan dari
hasil diskusi dalam
kelompok. c). Siswa mengerjakan
kuis secara individu
d). Peningkatan
nilai
e). Pemberian penghargaan kelompok
3) Penutup
Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok
yang telah berhasil mencapai kriteria keberhasilan tertentu.
c. Observasi
Dilakukan
selama proses
pembelajaran
dengan
menggunakan lembar
observasi yang telah disiapkan
dan
mencatat kejadian-kejadian yang tidak
terdapat
dalam
lembar observasi dengan membuat lembar catatan lapangan. Hal-hal yang diamati selama proses
pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran dan aktivitas guru maupun siswa
selama
pelaksanaan pembelajaran.
d. Refleksi
Pada
tahap ini peneliti
bersama guru
melakukan
evaluasi dari pelaksanaan
tindakan pada siklus I yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus
berikutnya. Jika hasil yang diharapkan belum tercapai maka dilakukan perbaikan yang dilaksanakan
pada siklus
kedua dan seterusnya.
2. Tahapan
Penelitian Siklus II dan Siklus III
Rencana tindakan siklus II dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan
terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus
I. Sedangkan kegiatan pada siklus III dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran
pada siklus II.
Tahapan
tindakan siklus
II dan siklus III mengikuti tahapan tindakan
siklus I.
E. Teknik Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Observasi
Dalam
penelitian ini terdapat
dua pedoman observasi
yaitu observasi
keaktifan siswa dan obsevasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Observasi keaktifan siswa difokuskan pada pengamatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada materi
himpunan. Sedangkan observasi pelaksanaan pembelajaran STAD
difokuskan pada
aktivitas guru maupun siswa selama proses pembelajaran. Dan pengamatan yang
belum
terdapat pada pedoman observasi
dituliskan pada
lembar catatan lapangan.
2. Angket
Angket dibagikan dan diisi oleh
siswa yang fungsinya untuk mengetahui respon
siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe
STAD.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan
cara bertanya
kepada
guru dan
siswa mengenai
proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4. Tes
Tes digunakan berupa kuis
individu yang fungsinya untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
setelah mempelajari materi himpunan dengan menggunakan model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
5. Dokumentasi
Dokumentasi diperoleh dari hasil kuis siswa, lembar
observasi, lembar
wawancara,
catatan lapangan, daftar kelompok
siswa, dan foto-foto selama proses pembelajaran.
F. Instrumen Penelitian
1. Peneliti
Peneliti merupakan instrumen karena
peneliti sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul
data,
penganalisis,
penafsir data
dan pada
akhirnya menjadi pelapor penelitiannya (Lexy J.
Moleong 2007: 168)
2. Lembar Observasi
Dalam penelitian ini digunakan dua
lembar observasi yaitu lembar observasi
pelaksanaan pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan lembar
keaktifan siswa. Lembar
observasi pelaksanaan
pembelajaran STAD
digunakan
sebagai pedoman peneliti dalam
melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan lembar
observasi keaktifan siswa digunakan pada setiap pembelajaran sehingga kegiatan
observasi tidak terlepas
dari
konteks permasalahan dan
tujuan penelitian.
Tabel 3. Kisi-kisi Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD
No.
|
Aspek
|
Butir
|
1.
|
Presentasi
Kelas
a. Apersepsi
b. Motivasi
c. Interaksi
guru dengan
siswa d. Penghargaan kelompok
|
1,2,4
3
5,6,7
8,9
|
2.
|
Belajar kelompok
a. Aktifitas
guru
b. Aktivitas siswa
|
1,2,6,7
3,4,5
|
Tabel 4. Kisi-Kisi Obsevasi
Keaktifan Siswa
No.
|
Aspek
|
Butir
|
1.
|
Interaksi
siswa dengan guru
|
1,2,3,4
|
2.
|
Aktifitas
siswa dalam kelompok
|
5,6
|
3.
|
Menyelesaikan soal
dan tugas
|
7,8
|
3. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini
digunakan
untuk mengetahui respon atau tanggapan guru
dan
siswa mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
4.
Angket Respon
Siswa
Angket yang
akan digunakan adalah angket tertutup dengan alternatif jawaban yaitu
selalu, sering, kadang-kadang dan
tidak pernah. Berikut
kisi-kisi angket respon
siswa:
Tabel 5. Kisi-kisi Angket Respon Siswa
No
|
Aspek yang diamati
|
Butir
|
1.
|
Motivasi dalam mengikuti
pelajaran
|
1,2,3,14,15,16,20.
|
2.
|
Interaksi
a. Interaksi
dengan guru
b. Interaksi
dengan teman atau siswa
lain
|
4,7
6,13
|
3.
|
Kerja
sama dengan teman sekelompok
|
5,8,9,10,11
|
4.
|
Mengerjakan soal dan tugas
a. Mengerjakan soal
dan tugas kelompok b. Mengerjakan
soal dan tugas
individu
|
12
17,18,19
|
5. Tes
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan pre test, post test,
dan
kuis individu.
Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana prestasi siswa mengenai materi himpunan dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
Tabel 7. Kisi-kisi Soal Tes
No
|
Indikator
|
No. Item
|
1.
|
Menyatakan suatu
himpunan
dengan
menyebutkan
anggotanya dalam
membuat diagram
Venn.
|
1
|
2.
|
Menyatakan suatu himpunan bagian dan banyaknya
himpunan bagian.
|
2
|
3.
|
Menggunakan operasi irisan dan selisih pada
himpunan.
|
3
|
4.
|
Menyatakan dengan
notasi
pembentuk
himpunan
pada operasi komplemen.
|
4
|
5.
|
Menyelesaikan
soal dengan
diagram Venn yang
berkaitan dengan
masalah kehidupan sehari-hari.
|
5
|
6. Dokumentasi
Dokumentasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah silabus,
rencana
pelaksanaan pembelajaran, daftar nilai siswa, daftar
kelompok, dokumen guru mengenai
nilai siswa semester ganjil,
dan foto-foto selama proses pembelajaran.
7.
Catatan lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang hasil pengamatan di kelas yang
tidak terdapat di lembar observasi. Dalam penelitian ini catatan
lapangan digunakan untuk mengamati hal-hal yang
terjadi selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah reduksi data yaitu kegiatan pemilihan
data,
penyederhanaan data serta transformasi data kasar
dari hasil catatan lapangan. Penyajian data berupa
sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif yang disusun,
diatur dan diringkas
sehingga mudah dipahami. Hal ini dilakukan secara bertahap kemudian dilakukan penyimpulan dengan cara diskusi bersama
mitra kolaborasi. Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data
yang dikumpulkan dan dicatat dalam
penelitian
digunakan
triangulasi. Triangulasi
diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2005:83).
1.
Analisis Data Observasi Keaktifan Siswa
Data hasil observasi dianalisis untuk mengetahui keaktifan siswa yang
berpedoman pada
lembar observasi keaktifan siswa. Penilaian dilihat dari hasil skor pada lembar observasi
yang digunakan. Persentase diperoleh dari skor pada lembar observasi dikualifikasikan untuk menentukan seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk
setiap siklus persentase diperoleh dari rata-rata persentase keaktifan siswa
pada tiap
pertemuan. Hasil
data observasi
ini dianalisis dengan
pedoman kriteria sebagai berikut:
Tabel
8.
Kriteria Keaktifan Siswa
Persentase
|
Kriteria
|
75% - 100%
50% - 74,99%
25% - 49,99%
0% - 24,99%
|
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang Rendah
|
Peneliti menggunakan kriteria
tersebut karena dalam lembar observasi terdapat empat kriteria penilaian, sehingga terdapat empat kriteria keaktifan. Cara menghitung persentase keaktifan siswa (Sugiyono, 2001:81) berdasarkan lembar observasi untuk tiap pertemuan
adalah sebagai berikut:
2. Analisis
Angket
Respon Siswa
Angket respon siswa terdiri dari 14 butir
pertanyaan dengan rincian 12 butir pertanyaan positif (+) ada 2 butir pertanyaan negatif (-). Penskoran angket untuk butir (+) adalah 4 untuk
jawaban selalu, 3 untuk jawaban sering, 2 untuk jawaban kadang-kadang dan 1 untuk
jawaban tidak pernah.
Untuk butir (-) adalah skor
1 untuk jawaban selalu,
2 untuk jawaban sering, 3 untuk jawaban kadang-kadang
dan 4 untuk jawaban tidak pernah. Data hasil angket dibuat
kualifikasi dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 9. Kriteria Respon Siswa
Persentase
|
Kriteria
|
75% - 100%
50% - 74,99%
25% - 49,99%
0% - 24,99%
|
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang Rendah
|
Peneliti
menggunakan kriteria tersebut karena
dalam
angket respon terdapat empat pilihan jawaban sehingga terdapat empat kriteria respon. Cara menghitung persentase angket
respon menurut Sugiyono (2001:81) adalah sebagai berikut:
Hasil tes siswa dianalisis untuk menentukan peningkatan ketuntasan siswa, nilai individu, skor kelompok dan penghargaan kelompok.
a. Peningkatan
ketuntasan mengikuti ketentuan sekolah
bahwa ”siswa dinyatakan lulus dalam setiap tes jika nilai yang diperoleh ≥ 60 dengan nilai maksimal 100”. Maka dalam
penelitian ini juga
menggunakan ketentuan yang ditetapkan sekolah, untuk menentukan
persen (%) ketuntasan siswa dengan menggunakan perhitungan persen (%)
ketuntasan
yaitu sebagai
berikut:
Persen (%) ketuntasan :
Jumlah siswa tuntas
× 100% Jumlah siswa
b. Peningkatan
prestasi siswa
juga dilihat
dari
hasil belajar
jangka
pendeknya yang
ditunjukkan dengan kenaikan nilai rata-rata tes pada setiap siklus. Dari data perolehan
skor untuk setiap tes, rata-rata nilai siswa dengan menggunakan perhitungan sebagai
berikut
:
i =36
∑ xi
x = i
=1 dengan x = Nilai siswa
; n = Jumlah siswa.
n
c.
Peningkatan nilai individu
siswa diperoleh dengan membandingkan skor dasar siswa (rata-rata nilai tes siswa sebelumnya)
dengan nilai kuis sekarang. Aturan pemberian skor peningkatan
individu mengikuti aturan dalam
Slavin
(1995:80) seperti pada halaman 10.
d.
Perolehan penghargaan kelompok
dengan melihat jumlah rata-rata skor tiap kelompok.
Aturan perolehan penghargaan kelompok
mengikuti
aturan
dalam
Mohamad
Nur
(2005:36) seperti pada halaman 12.
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono.
2005. Psikologi Pendididkan, Jakarta: Rineka
Cipta.
Depdiknas. 2005. Matematika. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
Etin Solihatin dan
Raharjo.
2007.
Cooperatif
Learning:
Analisis
Model
Pembelajaran IPS.
Jakarta:
Bumi Aksara.
Isjoni, dkk. 2007. Pembelajran
Visioner: Perpaduan
Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ismail. 2003. Model Pembelajaran
Kooperatif.
Dit. PLP Dikdasmen.
Lexy J Moleong.
2007. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Moh User Usman,. 2002.
Menjadi Guru Profesional. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Mohamad Nur. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Dirjen Dikti Depdiknas.
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi
Pendidikan:
Dengan Pendekatan
Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Oemar Hamalik.
2003. Kurikulun dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Ponco Sujatmiko. 2005.
Matematika Kreatif: Konsep dan Terapannya.
Yogyakarta:Tiga
Serangkai.
Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Rochiati
Wiriaatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. Robert E Slavin. 1995. Cooperative Learning Theory Research and Practise.Boston : Allyn and
Bacon.
Saifudin
Azwar.
1998. Tes Prestasi II. Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.
Suharsimi
Arikunto. 2002. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sony Irianto. 2006. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dan TGT (Teams
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Tintin
Prihatiningsih. 2006.
Peningkatan
keaktifan Siswa
dalam Pembelajran
Matematika melalui Model Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD
pada pokok bahasan Bilangan Bulat Kelas VIIA SMPN 5 Depok Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan.Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Wina Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Kooperatif: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
mantap skripsnya ijin sedot gan..
BalasHapus