beli barang di Amazone.com

Senin, 28 Mei 2012

Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


BAB
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu dasar   yang    mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan  da teknologi.   Banya siswa  di   sekolah   memandang matematika  sebagai  bidang  studi  yanpaling  sulit.  Padahal  matematika  merupakan  mata pelajaran yang banyak berguna dalam kehidupan dan merupakan salah satu mata pelajaran yang di ujikan dalam UNAS. Ini berarti matematika merupakan sarana berpikir logis untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu matematika perlu diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di sekolah.
SMP Negeri 1 Matesih mempunyai 21 kelas yaitu kelas VII tujuh kelas, kelas VIII tujuh kelas dan kelas IX tujuh kelas yang masing-masing kelas terdiri dari 32 siswa. SMP Negeri 1 Matesih mempunyai empat guru matematika yang semuannya sarjana pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika prestasi belajar siswa kelas VIIA masih rendah hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa yaitu 59,19 pada semester ganjil yang masih dibawah KKM sekolah yaitu 66.
Berdasarkan hasil pengamatan, proses pembelajaran yang digunakan di SMP Negeri 1 Matesih adalah pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher oriented). Siswa masih belum aktif  dalam  kegiatan  pembelajaran  karena  selama  pembelajaran  guru  banyak  memberikan ceramah tentang materi. Sehingga aktivitas yang dilakukan siswa biasanya hanya mendengar dan mencatat, siswa jarang bertanya atau mengemukakan pendapat.  Diskusi antar kelompok jarang dilakukan sehingga interaksi dan komunikasi antara siswa dengan siswa lainnya maupun dengan guru masih belum terjalin selama proses pembelajaran.
                Menurut keterangan guru matematika kelas VIIA SMP Negeri 1 Matesih, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal himpunan yang berkaitan dengan diagram Venn. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal himpunan karena pada materi himpunan penuh dengan logika abstrak. Sementara itu proses belajar mengajar pada materi himpunan, guru lebih sering menjelaskan materi melalui ceramah, siswa cenderung pasif, dan aktivitas siswa yang sering dilakukan hanya mencatat dan menyalin. Siswa masih malu bertanya kepada  guru  jika  mengalami  kesulitadalam  memahami  atau  menyelesaikan  soal  yang diberikan, akibatnya hasil belajar siswa pada materi himpunan belum maksimal.
Berdasarkan masalah tersebut peneliti berpendapat perlunya dilakukan perbaikan proses pembelajaran pada siswa kelas VIIA. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa dapat ikut berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa saling bertukar pendapat dalam memahami  konsep  himpunan  serta  mampu  menyelesaikan  soal  himpunan  secara  berdiskusi dalam kelompok. Maka diperlukan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa selama kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran yang lebih mendorong keaktifan, kemandirian dan tanggung jawab dalam diri siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD  diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada materi himpunan di kelas VIIA.
Sesuai  dengan  uraian  diatas  maka  peneliti  mengadakan  penelitian  dengan  judul Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Students Teams Achievement Division) pada Pokok Bahasan Himpunan Kelas VIIA SMP Negeri 1 Matesih . Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada materi himpunan.

B.  Identifikasi Masalah

Dalam proses pembelajaran pada materi himpunan sebagian besar siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Matesih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal himpunan. Siswa masih lemah dalam pemahaman konsep himpunan, hal ini yang menyebabkan prestasi belajar siswa rendah dilihat dari hasil rata-rata semester ganjil siswa. Dalam pembelajaran siswa masih malu bertanya dan mengeluarkan pendapat sehingga keaktifan siswa belum nampak. Hal itu dikarenakan pembelajaran matematika di kelas VIIA masih berpusat pada guru. Interaksi dan komunikasi antara siswa dengan siswa lainnya maupun dengan guru belum terjalin selama proses pembelajaran karena diskusi kelompok jarang dilakukan. Dalam proses belajar mengajar seharusnya siswa aktif agar proses belajar menjadi bermakna. Guru seharusnya menggunakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar dalam kelompok sehingga siswa akan terbiasa aktif bertanya dan berpendapat. Salah satu model pembelajaran yang mendorong keaktifan, kemandirian dan tanggung jawab dalam diri siswa diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


C.  Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini hanya akan membahas masalah upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam penelitian ini indikator meningkatnya keaktifan siswa dilihat dari proses pembelajaran selama dikenai tindakan dan meningkatnya prestasi belajar siswa dilihat dari hasil tes siswa.

D.  Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas rumusan masalayang diajukan dalam penelitian tindakan kelas  ini adalah:
1.   Apakah  penerapan  model  pembelajaran  kooperatif  tipe  STAD  dapat  meningkatkan keaktifan belajar siswa pada materi himpunan  di kelas VIIA SMP Negeri 1 Matesih?
2.   Apakah  penerapan  model  pembelajaran  kooperatif  tipe  STAD  dapat  meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi himpunan di kelas VIIA SMP Negeri 1 Matesih?


E.  Tujuan Penelitian

Berdasarkarumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:

1.   Meningkatkan keaktifan belajar siswa pada materi himpunan di kelas VIIA SMP Negeri 1

Matesih  melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2.   Meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi himpunan di kelas VIIA SMP Negeri 1

Matesih melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


F.  Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1.   Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran dengan tujuan agar dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
2.   Bagi Siswa

Sebagai  wahana  baru   dalam  proses  meningkatkan  keaktifan  dan   prestasi  dalam pembelajaran matematika.
3.   Bagi Peneliti

Sebagai pengembangan pengetahuan tentang penelitian dalam pembelajaran matematika.


BAB II LANDASAN TEORI


A.  Deskripsi Teori

1.   Pengertian Belajar

Menurut Hintzman belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia (Muhibbin Syah, 2005:90). Kegiatan belajar merupakan unsuyang sangat mendasar dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Jadi perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi prilaku dalam kehidupan sehari-hari  sampai batas tertentu.
Menurut  Oemar  Hamalik  (2003:50)  terdapat  unsur-unsur  yang  terkait  dalam proses belajar diantaranya: 1) motivasi siswa, 2) bahan belajar, 3) alat bantu belajar, 4) suasana belajar, 5) kondisi subjek yang belajar. Kelima unsur inilah yang bersifat dinamis yang sering berubah, menguat atau melemah dan mempengaruhi proses belajar siswa. Proses belajar  padhakekatnya merupakan  perubahan  dalam  tingkah  laku  seseorang dalam situasi tertentu yang berulang-ulang berdasarkan keadaan seseorang.
Menurut peneliti perbuatan belajar adalah suatu perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman baru yang mempengaruhi tingkah laku siswa dalam situasi tertentu yang berulang-ulang. Setiap perbuatan belajar mengandung beberapa unsur yang bersifat dinamis (berubah-ubah) dalam arti dapat menjadi lebih kuat atau melemah. Kedinamisan ini dipengaruhi oleh kondisi yang ada dalam diri siswa dan yang ada diluar diri siswa yang tentu pula ada pengaruhnya terhadap kegiatan belajar siswa.


2.   Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menggunakan sistem pengelompokan yang terdiri empat sampai enam orang yang mempunyai kemampuan akademik, jenis kelamin, suku yang heterogen (Wina Sanjaya, 2007:240). Pada proses pembelajarannya siswa diberi kesempatan bekerja dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan dan memecahkan masalah. Tugas kelompok dapat memacu para siswa untuk bekerja sama dalam mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.


Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Depdiknas (2005:14), model pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri antara lain:
a.   Untuk  menuntaskan  materi  belajarnya,  siswa  belajar  dalam  kelompok  secara kooperatif.
b.   Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c.   Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda. Maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.
d.   Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

Untuk penguasaan materi pelajaran setiap siswa dalam kelompok bertanggung jawab secara bersama dengan cara berdiskusi, saling tukar pendapat, pengetahuan dan pengalaman. Kemampuan atau prestasi setiap anggota kelompok sangat menentukan hasil pencapaian belajar kelompok, untuk itu penguasaan materi pelajaran setiap siswa ditekankan dalam strategi pembelajaran kooperatif. Dengan model pembelajaran kooperatif diharapkan siswa dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal dengan cara berpikir aktif selama proses belajar berlangsung.
Menurut Depdiknas (2005:15) pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif, paling tidak ada tiga tujuan yang hendak dicapai yaitu:
a.      Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model kooperatif unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
b.      Pengakuan adanya keragaman

Model kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
c.      Pengembangan keterampilan sosial

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan siswa. Keterampilan  sosial  yang  dimaksud  antara  lain:  berbagi  tugas,  aktif  bertanya,

menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.

Dala pembelajara kooperatif   terdapat   ena langkah   pembelajara (Ismail,

2003:21) yaitu:

a.      Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru  meyampaikan  semua  tujuan  pelajaran  yang  ingin  dicapai  pada  pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
b.      Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.
c.      Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
d.      Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru  membimbing  kelompok-kelompok  belajar  pada  saat  mereka  mengerjakan tugas.
e.      Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
f.      Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok.


Bila diperhatikan langkah-langkah model pengajaran kooperatif di atas maka tampak bahwa proses demokratis dan peran aktif siswa di kelas lebih banyak selama pembelajarannya Kendala    yan dihadap dala penerapan   mode pembelajaran kooperatif  adalah  siswa  yanpandai  merasa  terbebani  oleh  temannya  yankurang pandai. Siswa yang pandai ini merasa memberikan kontribusi lebih banyak dalam nilai kelompok. Hal ini dapat diatasi dengan menginformasikan sistem penilaian kepada siswa lebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai.


Menurut  Slavin  (1995:80)  salah  satu  cara  perhitungan  dalam  penentuan  nilai perkembangan siswa sebagai berikut:
Langkah 1 : Menetapkan skor dasar

Setiap siswa diberikan skor dasar berdasarkan skor kuis   sebelumnya. Langkah 2 : Menentukan skor kuis terkini
Siswa memperoleh skor dari kuis yang berkaitan dengan materi terkini. Langkah 3 : Menghitung skor perkembangan.
Setiap siswa memperoleh poin peningkatan individu yang besarnya dihitung dari selisih skor sekarang dan skor dasar. Poin tersebut ditentukan dengan menggunakan skala berikut:


Tabel 1. Kriteria Poin Perkembangan

Kriteria
Nilai perkembangan
Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar
5 poin
10 poin hingga 1 poin dibawah skor dasar
10 poin
Skor dasar hingga 10 poin diatas skor dasar
20 poin
Lebih dari 10 poin diatas skor dasar
30 poin
Pekerjaan  sempurna  tanpa  memperhatikan

skor dasar
30 poin
Sumber: (Slavin, 1995:80)



3.   Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Sebuah tim dalam STAD merupakan sebuah kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili heteroginitas kelas ditinjau dari kinerja, suku, dan jenis kelamin (Mohamad Nur, 2005:23). Menurut Mohamad Nur                                                                (2005:20) STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor perbaikan individu dan penghargaan tim.
a Presentasi Kelas

Presentasi ini paling sering menggunakan pengajaran langsung atau ceramah yang dilakukan oleh guru namun presentasi dapat meliputi presentasi audio-visual atau penemuan  kelompok  (Mohamad  Nur,  2005:20).  Pada  kegiatan  ini  siswa  harus


sungguh-sungguh memperhatikan presentasi kelas karena dengan begitu akan membantu  mereka  mengerjakan  kuis  dengan  baik.  Dan  skor  kuis  yang  mereka peroleh akan menentukan skor timnya.
b.    Kerja Tim

Dalam  setiap  kelompok  terdiri  dari  empat  atau  lima  siswa     yang  heterogen berdasarkan pretasi belajar, jenis kelamin dan suku. Setelah guru mempresentasikan materi,  tim  tersebut  berkumpul  untuk  mempelajari  materi  yang  sudah  diberikan dengan menggunakan lembar kerja. Pada tahap kerja kelompok ini siswa secara bersama mendiskusikan masalah dan membantu antar anggota dalam kelompoknya. Kerja tim yang paling sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman sesama tim membuat kesalahan.
c.    Kuis

Sejauh   mana    keberhasilan    siswa    dalam   belajar    dapat   diketahui    dengan diadakannya kuis oleh guru mengenai materi yang dibahas. Dalam mengerjakan kuis ini siswa harus bekerja secara individu sekalipun skor yang ia peroleh nanti dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan kelompoknya.  Kepada setiap individu, guru memberikan skor yang digunakan untuk menentukan skor bersama bagi setiap kelompok.
d.   Skor Perbaikan  Individu

Skor yang diperoleh setiap anggota dalam kuis akan berkontribusi pada kelompok mereka, dan didasarkan pada sejauh mana skor mereka telah meningkat dibandingkan dengan  skor  rata-rata  awal  yang  telah  mereka  capai  sebelumnya  (Isjoni  dkk,
2007:72). Berdasarkan skor awal setiap individu ditentukan skor peningkatan atau perkembangan. Rata-rata skor peningkatan dari tiap individu dalam suatu kelompok akan digunakan untuk menentukan penghargaan bagi kelompok yang berprestasi.
e Penghargaan Tim

Kelompok dapat memperoleh sertifikat atau penghargaan lain apabila skor rata- rata   yan didapa melampaui   kriteria   tertentu.   Penghargaan                                        yan diperoleh menunjukkan keberhasilan setiap kelompok dalam menjalin kerjasama antar anggota kelompok.  Penghargaan  kelompok  dilakukan  dengan  memberikan  penghargaan


berupa sertifikat atau penghargaan lain atas usaha dan kerja keras yang dilakukan kelompok.
Menurut Mohamad Nur (2005:36) ada tiga tingkat penghargaan yang diberikan berdasarkan skor tim rata-rata. Ketiga tingkat adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria (rata-rata tim)
Penghargaan
15
TIM BAIK
20
TIM HEBAT
25
TIM SUPER
Sumber: (Mohamad Nur, 2005:36)





4.   Keaktifan Siswa

Aktif menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:19) berarti giat (bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Keaktifan siswa dalam belajar matematika tampak dalam kegiatan berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran.
Menurut Moh User Usman (2002:26) cara yang dapat dilakukan guru untuk memperbaiki keterlibatan siswa antara lain sebagai berikut:
a Tingkatkan  persepsi  siswa  secara  aktif  dalam  kegiatan  belajar  mengajar  yang membuat respon yang aktif dari siswa
b.   Masa transisi antara kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan secara cepat dan luwes
c Berikan pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai
d.   Usahakan agar pengajaran dapat lebih memacu  minat siswa.
Menurut  Lidgre(Moh  User  Usman,  2002:24)  terdapat  empat  jenis  interaksi dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya sebagai berikut:

komunikasi dari guru. Komunikasi dari guru sudah mendapat respon balik dari siswa,
tetapi tidak ada interaksi antar siswa. Interaksi yang terjadi hanya antara guru dan siswa selama pembelajaran (gambar 1.b). Komunikasi dari guru sudah mendapat respon balik dari siswa dan ada interaksi diantara siswa, tetapi belum keseluruhan siswa yang melakukan interaksi baik dengan guru maupun siswa lainnya (gambar 1.c). Komunikasi sudah berjalan baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya. Dalam hal ini interaksi sudah optimal selama proses pembelajaran (gambar 1.d).
Jenis-jenis interaksi pembelajaran diatas menunjukkan derajat keaktifan siswa. Anak panah menunjukkan arah komunikasi sehingga semakin banyak ruas garis berarah menunjukkan semakin tinggi interaksi  siswa. Interaksi lebih tinggi ini diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Keaktifan  siswa merupakan suatu keadaan dimana siswa berpartisipasi  secara aktif  dalam  pembelajaran.  Dalam  hal  ini  keaktifan  siswa  terlihat  dari  merespon pertanyaan atau perintah dari guru, mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, berani mengemukakan pendapat, dan aktif mengerjakan soal yang diberikan guru.



5.   Prestasi Belajar

Belajar  merupakan  salah  satu  dasauntuk  mengetahui  sejauh  mana  materi pelajaran yang disampaikan guru dapat diterima dan dipahami sehingga prestasi belajar
siswa dapat diketahui dari hasil tes yang diberikan. Menurut Saifudin Azwar (1998:45) prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan dan dikerjakan secara optimal.
Menurut Dalyono (2005:55) ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar  yaitu  faktor  intern  dan  faktor  ekstern.  Faktor  intern  meliputi  kesehatan, intelegensi, bakat, minat, dan motivasi, sedangkan faktor ekstern meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar. Faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yaitu kecerdasan, minat, motivasi dan kemampuan kognitif sedangkan faktor dari lingkungan keluarga yaitu tingkat pendidikan orang tua dan jumlah anggota orang tua.
Prestasi belajar siswa merupakan   hasil yang telah dicapai siswa setelah belajar dan mengerjakan secara optimal yang diperoleh dari hasil tes individu. Perbedaan kemampuan belajar siswa berpengaruh pada prestasi belajar yang dicapai dari setiap siswa karena faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa juga berbeda-beda.


6.   Materi Himpunan

Himpunan merupakan salah satu materi pelajaran yang diberikan pada siswa SMP kelas VII. Himpunan merupakan sekumpulan atau sekelompok benda atau obyek yang terdefinisikan dengan jelas (Ponco Sujatmiko, 2005:179). Definisi tersebut menyangkut ciri-ciri dan syarat-syarat sehingga sekumpulan atau sekelompok obyek dapat diketahui merupakan himpunan atau bukan, dan suatu obyek merupakan anggota himpunan atau
bukan.

Suatu himpunan dapat dinyatakan dengan berbagai cara diantaranya dengan kata- kata, mendaftar anggota-anggotanya, notasi pembentuk himpunan dan dengan gambar atau diagram. Operasi-operasi pada himpunan yaitu irisan suatu himpunan, gabungan (Union) himpunan, selisih (Diference), dan komplemen himpunan. Operasi  yang ada pada himpunan tersebut akan mudah dipahami oleh siswa bila dinyatakan dalam diagram Venn. Diagram Venn merupakan cara untuk menyatakan himpunan dengan gambar atau diagram.
Dalam membuat diagram Venn ada ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan diantaranya himpunan semesta digambarkan dengan sebuah persegi panjang dan diberi simbol S yang letaknya pada bagian sudut kiri atas. Untuk setiap anggota himpunan


semesta ditunjukkan  dengasebuah  noktah  di  dalam  persegi  panjang  itu,  dan  nama anggotanya dituliskan berdekatan dengan noktahnya. Noktah dan obyek yang dibicarakan digambarkan dengan kurva tertutup sederhana. Dalam menggambar himpunan-himpunan pada diagram Venn yang mempunyai anggota sangat banyak tidak menggunakan noktah.


B.  Penelitian yang Relevan

          Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Tintin Prihatiningsih pada tahun 2006 tentang Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat  Kelas  VIIA  SMPN  5  Depok  Yogyakarta.  Penelitian  tersebut  menyimpulkan  bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada pokok bahasan bilangan bulat dapat meningkat.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sony Irianto (2006) tentang Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dan TGT (Teams Game Tournaments) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kreativitas Siswa SMP di Purwokerto.  Analisis  data  menunjukkan  hasil  :  1)  tidak  ada  perbedaan  yang  signifikan mengenai prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, dan pembelajaran konvensional, 2) tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh perbedaan tingkat kreativitas, 3) tidak ada interaksi pengaruh yang signifikan mengenai prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, pembelajaran konvensional, dan tingkat kreativitas.


C.  Kerangka Berpikir

          Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan belajar di kelas selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang selama proses pembelajaran yang berdampak pada prestasi belajar siswa masih rendah dalam mempelajari materi himpunan. Hal ini yang menjadi indikator perlunya upaya untuk membantu siswa agar dapat mempelajari materi himpunan dengan lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
 Penerapan model pembelajaran         kooperatif tipe STAD lebih mendorong kemandirian, keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam pembelajaran ini siswa lebih banyak berperan selama kegiatan berlangsung. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD  ini  diharapkan  dapat  meningkatkan  keaktifan  dan  prestasi  belajar  siswa  pada  materi himpunan kelas VIIA SMP Negeri 1 Matesih.
Berdasarkan  paparan  di  atas,  maka  kerangka  penelitian  tindakan  kelas  ini  dapat           digambarkan sebagai berikut:



D.  Hipotesis Tindakan

Berdasarkan  kerangka  berpikir  di  atas  maka  hipotesis  tindakan  dalam  penelitian  ini



adalah:


1.   Penerapan  model  pembelajaran  koopertif  tipe  STAD  dapat  meningkatkan  keaktifan belajar siswa pada materi himpunan di kelas VIIA SMP Negeri 1 Matesih.
2.   Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi himpunan di kelas VIIA SMP Negeri 1 Matesih.

E.  Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Matesih. Peningkatan keaktifan belajar siswa dilihat dari aktivitas belajar selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sedangkan peningkatan prestasi belajar siswa dilihat dari hasil tes siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu dengan nilai ketuntasan 60.


BAB III
METODE PENELITIAN


A.  Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Matesihpada semester genap bulan Februari sampai Maret 2008. Dengan menyesuaikan jam pelajaran matematika kelas VIIA SMP Negeri 1 Matesih.

B.  Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Matesih, yaitu 36 siswa yang terdiri dari 16 siswa putri dan 20 siswa putra. Dan obyek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


C.  Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif. Dalam penelitian kolaboratif pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti (Suharsimi  Arikunto,  2002:17).  Menurut  Kemmis  dan  Taggaradbeberapa tahapan  dalam penelitian ini (Rochiati Wiriaatmadja, 2005:66) yaitu:
1.   Perencanaan (plan)

2.   Tindakan (act)

3.   Pengamatan (observe)

4.   Refleksi (reflect).

Dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Siklus dihentikan apabila kondisi kelas sudah stabil dalam hal ini guru sudah mampu menguasai keterampilan belajar yang baru dan siswa terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD serta data  yang ditampilkan di kelas  sudah  jenuh  dalam  arti  sudah  ada  peningkatan  keaktifan  dan  prestasi  belajar  siswa (Rochiati Wiriaatmadja, 2005:103).   Alur penelitiannya adalah:



D.  Tahapan Penelitian

1.   Tahapan Penelitian Siklus I

a Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, hand out, lembar kerja siswa, lembar observasi keaktifan, lembar angket respon siswa, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran STAD dan pedoman wawancara yang kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.
b.   Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Tahap tindakan dilakukan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran koopertif tipe STAD. Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran matematika kelas VIIA. Materi yang akan diberikan adalah materi himpunan tentang diagram Venn. Adapun tindakan yang dilakukan pada tiap siklus yaitu:
1)  Pendahuluan

Guru menyampaikan presentasi kelas dengan memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa dalam mempelajari materi himpunan.
2)  Kegiatan Inti

a). Siswa belajar dalam kelompok

b). Guru memberi penekanan dari hasil diskusi dalam kelompok. c). Siswa mengerjakan kuis secara individu
d). Peningkatan nilai


e). Pemberian penghargaan kelompok

3)  Penutup

Guru  memberikan  penghargaan  kepada  kelompok  yang  telah  berhasil  mencapai kriteria keberhasilan tertentu.
c Observasi

Dilakukan  selama  proses  pembelajaran  dengan  menggunakan  lembar  observasi yang telah disiapkan dan mencatat kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi dengan membuat lembar catatan lapangan. Hal-hal yang diamati selama proses pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran dan aktivitas guru maupun siswa selama pelaksanaan pembelajaran.
d.   Refleksi

Pada tahap ini peneliti bersama guru melakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan pada siklus I yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus berikutnya. Jika hasil yang diharapkan belum tercapai maka dilakukan perbaikan yang dilaksanakan pada siklus kedua dan seterusnya.
2.   Tahapan Penelitian Siklus II dan Siklus III

Rencana tindakan siklus II dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Sedangkan kegiatan pada siklus III dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Tahapan tindakan siklus II dan siklus III mengikuti tahapan tindakan siklus I.


E.  Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1.   Observasi

Dalam  penelitian  ini  terdapat  dua pedoman  observasi  yaitu  observasi  keaktifan siswa dan obsevasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Observasi keaktifan siswa difokuskan pada pengamatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada materi himpunan. Sedangkan observasi pelaksanaan pembelajaran STAD difokuskan pada aktivitas guru maupun siswa selama proses pembelajaran. Dan pengamatan yang belum terdapat pada pedoman observasi dituliskan pada lembar catatan lapangan.


2.   Angket

Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang fungsinya untuk mengetahui respon siswa        terhadap            pelaksanaan                     pembelajaran    matematika    dengan   penerapan    model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3.   Wawancara

Wawancardilakukan  dengan  cara  bertanya  kepada  guru  dan  siswa  mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4.   Tes

Tes digunakan berupa kuis individu yang fungsinya untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah mempelajari materi himpunan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
5.   Dokumentasi

Dokumentasi diperoleh dari hasil kuis siswa, lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, daftar kelompok siswa, dan foto-foto selama proses pembelajaran.


F.  Instrumen Penelitian

1.   Peneliti

Peneliti merupakan instrumen karena peneliti sekaligus sebagai perencana, pelaksana,  pengumpul  data,  penganalisis,  penafsir  data  dan  pada  akhirnya  menjadi pelapor penelitiannya (Lexy J. Moleong 2007: 168)
2.   Lembar Observasi

Dalam penelitian ini digunakan dua lembar observasi yaitu lembar observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan lembar keaktifan siswa. Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran STAD digunakan sebagai pedoman peneliti dalam melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan lembar observasi  keaktifan  siswa  digunakan  pada  setiap  pembelajaran  sehingga  kegiatan observasi tidak terlepas dari konteks permasalahan dan tujuan penelitian.


Tabel 3. Kisi-kisi Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

No.
Aspek
Butir
1.
Presentasi Kelas

a.    Apersepsi b.    Motivasi
c.    Interaksi guru dengan siswa d.   Penghargaan kelompok


1,2,4

3

5,6,7

8,9
2.
Belajar kelompok

a Aktifitas guru b.   Aktivitas siswa


1,2,6,7

3,4,5


Tabel 4. Kisi-Kisi Obsevasi Keaktifan Siswa

No.
Aspek
Butir
1.
Interaksi siswa dengan guru
1,2,3,4
2.
Aktifitas siswa dalam kelompok
5,6
3.
Menyelesaikan soal dan tugas
7,8


3.   Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengetahui respon atau tanggapan guru dan siswa mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4.   Angket Respon Siswa

Angket yang akan digunakan adalah angket tertutup dengan alternatif jawaban yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Berikut kisi-kisi angket respon siswa:
Tabel 5. Kisi-kisi Angket Respon Siswa

No
Aspek yang diamati
Butir
1.
Motivasi dalam mengikuti pelajaran
1,2,3,14,15,16,20.
2.
Interaksi

a Interaksi dengan guru

b.   Interaksi dengan teman atau siswa lain


4,7

6,13



3.
Kerja sama dengan teman sekelompok
5,8,9,10,11
4.
Mengerjakan soal dan tugas

a Mengerjakan soal dan tugas kelompok b.   Mengerjakan soal dan tugas individu


12

17,18,19




5.   Tes



Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan pre test, post test, dan



kuis individu. Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana prestasi siswa mengenai materi himpunan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Tabel 7. Kisi-kisi Soal Tes

No
Indikator
No. Item
1.
Menyatakan  suatu  himpunan  dengan  menyebutkan

anggotanya dalam membuat diagram Venn.

1
2.
Menyatakan suatu himpunan bagian dan banyaknya

himpunan bagian.

2
3.
Menggunakan    operasi    irisan     dan    selisih    pada

himpunan.

3
4.
Menyatakan  dengan  notasi  pembentuk  himpunan

pada operasi komplemen.

4
5.
Menyelesaikan  soal  dengan  diagram  Ven yang

berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari.

5
6.   Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, daftar nilai siswa, daftar kelompok, dokumen guru mengenai nilai siswa semester ganjil, dan foto-foto selama proses pembelajaran.
7.   Catatan lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang hasil pengamatan di kelas yang tidak terdapat di lembar observasi. Dalam penelitian ini catatan  lapangadigunakan untuk mengamati hal-hal yang terjadi selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan adalah reduksi data yaitu kegiatan pemilihan data, penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari hasil catatan lapangan. Penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif yang disusun, diatur dan diringkas sehingga mudah dipahami. Hal ini dilakukan secara bertahap kemudian dilakukan penyimpulan dengan cara diskusi bersama mitra kolaborasi. Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian digunakan triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2005:83).
1.   Analisis Data Observasi Keaktifan Siswa

Data hasil observasi dianalisis untuk mengetahui keaktifan siswa  yang berpedoman pada lembar observasi keaktifan siswa. Penilaian dilihat dari hasil skor pada lembar observasi yang digunakan. Persentase diperoleh dari skor pada lembar observasi dikualifikasikan untuk menentukan seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk setiap siklus persentase diperoleh dari rata-rata persentase keaktifan siswa pada tiap pertemuan. Hasil data observasi ini dianalisis dengan pedoman kriteria sebagai berikut:


Tabel 8. Kriteria Keaktifan Siswa

Persentase
Kriteria
75% - 100%

50% - 74,99%

25% - 49,99%

0% - 24,99%
Sangat Tinggi

Tinggi Sedang Rendah


Peneliti menggunakan kriteria tersebut karena dalam lembar observasi terdapat empat kriteria penilaian, sehingga terdapat empat kriteria keaktifan. Cara menghitung persentase keaktifan siswa (Sugiyono, 2001:81) berdasarkan lembar observasi untuk tiap pertemuan
adalah sebagai berikut:



2.   Analisis Angket Respon Siswa


Angket respon siswa terdiri dari 14 butir pertanyaan dengan rincian 12 butir pertanyaan positif (+) ada 2 butir pertanyaan negatif (-). Penskoran angket untuk butir (+) adalah 4 untuk jawaban selalu, 3 untuk  jawaban sering,                                               2 untuk jawaban kadang-kadang dan 1 untuk jawaban tidak pernah. Untuk butir (-) adalah skor 1 untuk  jawaban selalu, 2 untuk jawaban sering, 3 untuk jawaban kadang-kadang  dan 4 untuk jawaban tidak pernah. Data hasil angket dibuat kualifikasi dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 9. Kriteria Respon Siswa

Persentase
Kriteria
75% - 100%

50% - 74,99%

25% - 49,99%

0% - 24,99%
Sangat Tinggi

Tinggi Sedang Rendah


Peneliti  menggunakan  kriteria  tersebut  karena  dalam  angket  respon  terdapat  empat pilihan jawaban sehingga terdapat empat kriteria respon. Cara menghitung persentase angket
respon menurut Sugiyono (2001:81) adalah sebagai berikut:




Hasil tes siswa dianalisis untuk menentukan peningkatan ketuntasan siswa, nilai individu, skor kelompok dan penghargaan kelompok.
a Peningkatan  ketuntasan  mengikuti  ketentuan  sekolah  bahwsiswdinyatakan  lulus dalam setiap tes jika nilai yang diperoleh 60 dengan nilai maksimal 100. Maka dalam penelitian ini juga menggunakan ketentuan yang ditetapkan sekolah, untuk menentukan persen (%) ketuntasan siswa dengan menggunakan perhitungan persen (%)  ketuntasan
yaitu sebagai berikut:




Persen (%) ketuntasan :


Jumlah siswa tuntas × 100% Jumlah siswa



b.   Peningkatan  prestasi  siswa  juga  dilihat  dari  hasil  belajar  jangka  pendeknya  yang ditunjukkan dengan kenaikan nilai rata-rata tes pada setiap siklus. Dari data perolehan


skor untuk setiap tes, rata-rata nilai siswa dengan menggunakan perhitungan sebagai

berikut :

i =36
    xi
x =  i =1                          dengan x = Nilai siswa ;  n = Jumlah siswa.
n

c Peningkatan nilai individu siswa diperoleh dengan membandingkan skor dasar siswa (rata-rata nilai tes siswa sebelumnya) dengan nilai kuis sekarang. Aturan pemberian skor peningkatan individu mengikuti aturan dalam Slavin (1995:80) seperti pada halaman 10.
d.   Perolehan penghargaan kelompok dengan melihat jumlah rata-rata skor tiap kelompok.

Aturan  perolehan  penghargaan  kelompok  mengikuti  aturan  dalam  Mohamad  Nur

(2005:36) seperti pada halaman 12.


DAFTAR PUSTAKA



Dalyono.  2005. Psikologi Pendididkan, Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. 2005. Matematika. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
Etin  Solihatin  dan  Raharjo.  2007.  Cooperatif  Learning:  Analisis  Model  Pembelajaran  IPS.
Jakarta: Bumi Aksara.

Isjoni, dkk. 2007. Pembelajran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Ismail. 2003. Model Pembelajaran Kooperatif. Dit. PLP Dikdasmen.

Lexy J Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Moh User Usman,.  2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mohamad Nur. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Dirjen Dikti Depdiknas.
Muhibbin  Syah.  2005.  Psikologi  Pendidikan:  Dengan  Pendekatan  Baru.  Bandung:  Remaja
Rosdakarya.

Oemar Hamalik.  2003. Kurikulun dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Ponco  Sujatmiko.  2005.  Matematika  Kreatif:  Konsep  dan  Terapannya.  Yogyakarta:Tiga
Serangkai.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rochiati Wiriaatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. Robert E Slavin. 1995. Cooperative Learning Theory Research and Practise.Boston : Allyn and
Bacon.

Saifudin Azwar. 1998. Tes Prestasi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suharsimi Arikunto. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sony Irianto. 2006. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dan TGT (Teams

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Tintin  Prihatiningsih.  2006.  Peningkatan  keaktifan  Siswa  dalam  Pembelajran  Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Bilangan Bulat Kelas VIIA SMPN 5 Depok Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Wina    Sanjaya.    2007.   Strategi    Pembelajaran    Kooperatif:    Berorientasi    Standar    Proses
Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

wes wong piro